Setidaknya, di antaranya, ada yang bertanya tentang di mana lokasi kelahiran Soekarno di Surabaya. Dekat dengan tempat tinggalnya atau tidak. Jangan-jangan nenek atau kakek buyut mereka pernah menjadi sahabat kecil Soekarno.
Ini menandakan bahwa relasi siswa di Surabaya dengan Soekarno lebih mendalam karena memiliki kesamaan daerah ketimbang dengan siswa di luar Surabaya. Hal yang sama tentu saja dialami oleh siswa yang berada di Blitar, yang tentu memiliki relasi yang relatif lebih dekat dengan Soekarno.
Pun demikian ketika guru di Blora menyebut nama Pramoedya Ananta Toer di hadapan siswanya, bisa dipastikan ada daya magnet yang kuat dalam diri siswa. Yaitu, segera muncul sikap antusiasme untuk membicarakan tentang Pram. Tentu saja, syaratnya, terlebih dahulu mereka mengetahui bahwa Pram lahir dan pernah sekolah di Blora.
Dan, semakin dapat memberi efek bagi siswa kalau ada upaya pemerintah, entah pemerintah pusat atau pemerintah daerah, mengadakan kegiatan-kegiatan secara berkala yang bersifat penghargaan terhadap tokoh.
Seperti yang sudah disebut di atas, yang hari-hari terakhir ini diberlakukan terhadap tokoh Pram, yaitu acara Satu Abad Pram. Apalagi ada di dalam bagian acara yang mengikutsertakan siswa.
Ini artinya, acara Satu Abad Pram tak hanya memberi penghargaan terhadap Pram dan keluarganya yang masih ada. Tetapi, yang lebih daripada itu adalah mengarahkan siswa untuk mengenal lebih dekat dengan tokoh yang ada di daerahnya.
Yang, harus disadari bahwa cara seperti ini sebagai upaya membangun spirit siswa --generasi muda-- berdasarkan semangat yang menyala dari bangsa sendiri.
Sehingga, siswa memiliki arah kemajuan yang searah dengan perjuangan tokoh bangsa. Dengan begitu, spirit perjuangan, baik dalam bidang politik, ekonomi, budaya, kemanusiaan, keadilan, maupun yang sejenisnya sesuai dengan keahlian tokoh, dapat berlangsung dari generasi ke generasi.
Sekaligus ikhtiar ini untuk mengarahkan siswa agar tak hanyut ke tokoh-tokoh, yang mereka (sendiri) belum mengetahui secara pasti. Apalagi pada zaman penuh keterbukaan melalui akses internet ini, yang memungkinkan siswa sangat mudah mengaksesnya.
Hal ini bukan berarti bahwa siswa tak diizinkan untuk mengenal lebih dekat dengan tokoh-tokoh dunia (bangsa lain). Mereka tentu diizinkan. Tetapi, memperkuat spirit mereka dengan bersumber dari tokoh-tokoh yang sebangsa atau sedaerah akan lebih membumi.
Toh, tokoh-tokoh yang sebangsa atau sedaerah dengan siswa bukan mustahil memiliki reputasi yang sama dengan tokoh-tokoh dunia. Atau, bahkan, melebihi reputasi tokoh-tokoh dunia yang mereka ketahui selama ini.