Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tema "Suara Demokrasi" P5, Bekal Siswa Sejak Dini dalam Berdemokrasi

9 Februari 2024   18:13 Diperbarui: 9 Februari 2024   18:19 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 1: Siswa yang sedang menyalurkan hak suaranya untuk pemilihan Ketua OSIS SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah. (Dokumentasi pribadi)

Di sekolah tempat saya mengajar, ada delapan kelas yang Kelas VIII, yang sama persis dengan yang Kelas VII dan Kelas IX. Jadi, calon ketua OSIS berjumlah 16 anak. Dari 16 anak hanya ditentukan sepuluh anak yang dapat masuk ke tahap berikutnya.

Perubahan dari 16 menjadi sepuluh anak dilakukan melalui seleksi tertulis yang dikoordinasi oleh pengurus OSIS periode berjalan yang dibersamai oleh fasilitator.

Di dalam bagian ini, siswa yang diseleksi dan siswa kelas yang mengirim calon ketua OSIS (yaitu siswa yang diseleksi), juga belajar berdemokrasi. Maka, pihak yang terpilih atau tak terpilih untuk masuk tahap berikutnya adalah proses berdemokrasi.

Demikian juga setiap siswa kelas yang mengirimkan calon ketua OSIS, baik yang calonnya masuk atau tak (masuk) di tahap berikutnya terlibat dalam proses berdemokrasi.

Di sekolah tempat saya mengabdi, misalnya, puncak demokrasi adalah ketika diadakan pemilihan ketua OSIS setelah ada calon terpilih yang ditentukan melalui wawancara dan debat gagasan yang dikoordinasi oleh Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan dan Pembina OSIS.

Pada tahap ini melibatkan semua siswa, baik siswa Kelas VII, Kelas VIII, maupun Kelas IX untuk menggunakan hak pilihnya. Karenanya, pelaksanaannya dilakukan persis seperti pemilu untuk calon legislatif (caleg) dan calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres), yang saat ini sedang berlangsung di negera kita.

Sebelumnya, para calon terpilih diberi kesempatan untuk berkampanye. Baik berkampanye di lapangan di hadapan para guru dan tenaga kependidikan (GTK) dan semua siswa maupun berkampanye di ruang-ruang kelas. Dalam berkampanye, semua calon terpilih dibersamai oleh tim suksesnya masing-masing.

Panitia pemungutan suara (PPS) menyiapkan semua yang dibutuhkan, termasuk perangkat pemungutan suara. Misalnya, kartu suara, kotak suara, bilik suara, dan yang lain. Kotak dan bilik suara dibuat dari kardus oleh siswa. Desain kartu suara, siswa terlibat dalam pembuatannya.

Ilustrasi 3: Angkat sumpah Panitia Pemungutan Suara dalam pemilihan Ketua OSIS. (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi 3: Angkat sumpah Panitia Pemungutan Suara dalam pemilihan Ketua OSIS. (Dokumentasi pribadi)

Di dalam proses semua itu, yang diharapkan tentu saja siswa sejak dini sudah mengerti orang berdemokrasi. Ada yang dapat dipilih, ada yang belum dapat dipilih. Ada yang memilih, ada yang dipilih. Bahkan, ada memperoleh banyak suara, ada yang sebaliknya.

Siswa memahami juga bahwa sebuah harapan perlu diperjuangkan. Misalnya, calon terpilih harus menyampaikan visi dan misi di hadapan semua siswa dan GTK. Mereka juga harus berpindah dari satu kelas ke kelas yang lain untuk mengampanyekan programnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun