Jadi, tak dapat disamakan satu sekolah dengan sekolah yang lain dalam penggunaan uang pembinaan hasil lomba siswa. Sekalipun sudah jelas bahwa namanya (saja) uang pembinaan, jadi sebetulnya memang untuk anggaran pembinaan.
Kalau ada sekolah yang kemudian memanfaatkan uang pembinaan tersebut untuk sepenuh-penuhnya pembinaan dan siswa tak mendapatkan langsung berupa uang --cukuplah ia terima sertifikat-- tak jadi masalah. Toh memang sudah sesuai peruntukannya.
Tapi, jika ada sekolah mau menggunakan uang pembinaan itu sebagian untuk pembinaan dan sebagian untuk siswa, seperti sudah disebutkan di atas, juga tak masalah. Karena memang keberhasilan lomba bukan hanya kerja keras siswa, melainkan juga pembina.
Juga tak jadi masalah andai saja ada sekolah yang menggunakan uang pembinaan hasil lomba itu untuk sepenuh-penuhnya siswa. Pembina sama sekali tak mendapat bagian sekalipun pembina memiliki andil besar dalam keberhasilan lomba, mengingat, Â karena jumlah uang pembinaan yang diterima relatif sedikit.
Atau sekalipun jumlah uang pembinaan besar, pembina tak mendapat bagian juga tak masalah. Apalagi kalau pembina itu adalah gurunya sendiri, yang seperti sudah disebutkan di atas, pembinaan sudah  termasuk tupoksinya. Jadi tak perlu ada honor untuk pembina.
Di dalam semuanya itu yang hendak ditekankan di sini adalah sebuah pemahaman yang dapat diterima oleh semua pihak, terutama yang terkait dengan uang pembinaan hasil lomba.
Karena, sangat mungkin ada ajang lomba siswa dengan jumlah hadiah uang pembinaan yang  relatif banyak. Sangat mungkin dapat mencapai hingga nilai jutaan rupiah.
Pengalaman menunjukkan bahwa hadiah lomba siswa tingkat kabupaten sudah ada yang --uang pembinaan-- mencapai jutaan rupiah. Apalagi, tingkat provinsi dan nasional, tentu nilai hadiah uang pembinaan lebih daripada yang ada di tingkat kabupaten.
Karena lomba siswa selalu memiliki keterkaitan dengan siswa (sendiri), pembina (dapat berasal dari guru atau tenaga profesional luar sekolah), dan orangtua, maka seberapa pun jumlah uang pembinaan kiranya tak menjadi sumber perbedaan persepsi yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan benak di antara mereka.
Sebab, sering-sering uang, apalagi yang jumlahnya relatif banyak, dapat menjelma sebagai "makhluk" yang diperebutkan oleh banyak pihak. Itu sebabnya hal ini penting perlu dipahami oleh pihak-pihak terkait, terutama siswa, pembina, dan orangtua.
Siswa memang pelaku utama dalam lomba antarsiswa, di tingkat mana pun. Jadi kemenangan yang diperoleh adalah kemenangan siswa.