Antusiasme peserta mengikuti sosialisasi tampak dalam keikutsertaan mereka dari awal hingga akhir, nyaris tidak ada yang meninggalkan ruang. Selain itu, peserta terlibat dalam tanya jawab yang cukup esensial.
Adanya praktik menggunakan aplikasi BPOM Mobile untuk cek pangan olahan terkemas dan uji coba makanan berformalin dan berboraks juga menambah antusiasme peserta.
Maka, dapat dikatakan bahwa peserta sudah mengenal secara benar keamanan PJAS. Salah satu indikatornya adalah hasil post test peserta lebih meningkat ketimbang hasil pree test. Karenanya, setiba di sekolah, diharapkan pengetahuan mengenai keamanan PJAS disebarkan kepada warga sekolah masing-masing, terutama kepada siswa.
Mengapa? Karena secara kuantitas, jumlah siswa paling banyak dibandingkan dengan kategorial yang lain, misalnya guru dan/atau karyawan. Selain itu, siswa juga memiliki perilaku jajan "tersering". Setiap hari saat sekolah, mereka pasti membeli pangan jajanan. Anda yang berprofesi sebagai guru tentu menjumpainya pada setiap waktu di sekitar sekolah Anda. Betul bukan?
Nah, itu sebabnya adanya diseminasi di sekolah-sekolah yang kepala sekolah dan gurunya mengikuti sosialisasi keamanan PJAS sebagai keniscayaan. Bahkan, disarankan sekolah segera melakukannya. Sebab, diseminasi keamanan PJAS kepada warga sekolah, terutama kepada siswa, merupakan investasi masa depan anak.
Betapa tidak. Anak-anak yang sehat, di antaranya karena faktor makanan yang aman. Salah satunya mereka membeli pangan jajanan saat berada di sekolah. Karena itu yang penting adalah memastikan mereka membeli pangan jajanan yang sehat.
Kalau mereka mengonsumsi pangan jajanan yang sehat alias aman dari cemaran dan nilai gizi baik, dapat dipastikan kesehatannya terjaga. Hal tersebut tentu berdampak terhadap kualitas belajar mereka. Saya memaknai ini sebagai investasi masa depan anak.
Coba bayangkan, peserta didik  SMP (negeri dan swasta) di Kudus pada 2021/2022 semester genap dalam data pokok pendidikan (Dapodik) terdata ada  23.514. Itu artinya, kalau diseminasi keamanan PJAS dilakukan bagi siswa di SMP se-Kudus saja, sekolah (kepala sekolah dan guru) sudah menanam investasi masa depan ribuan siswa. Â
Persoalannya, tinggal sekolah (kepala sekolah dan guru) mau atau tidak melaksanakan diseminasi keamanan PJAS terhadap siswa. Tentu sekolah yang memiliki kepedulian utuh terhadap siswa, siap  melakukannya. Karena diseminasi keamanan PJAS terhadap siswa termasuk edukasi yang sangat dibutuhkan.
Mengingat, tidak setiap siswa  --mungkin termasuk keluarganya-- mengetahui keamanan PJAS. Dalam konteks tersebut, sekolah berkewajiban mengedukasi. Bukankah keberhasilan penghayatan keamanan PJAS dalam diri siswa berdampak baik terhadap proses pendidikannya? Itu sebabnya, penting bagi sekolah ambil peran dalam diseminasi keamanan PJAS terhadap siswa. Begitu bukan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI