Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Menjaga Bahasa Indonesia Melalui Chatting di Media Sosial

31 Desember 2021   13:26 Diperbarui: 5 Januari 2022   05:23 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menjaga bahasa Indonesia  melalui chatting (Sumber: Telemessage.com)

Memang tidak dapat dimungkiri adanya mitra chatting yang kadang abai terhadap kaidah berbahasa. Tetapi, sejauh ini saya berusaha tidak hanyut dalam gaya mereka. Saya tetap menjaga pemakaian bahasa yang semestinya saat chatting dengannya.

Boleh jadi karena saya guru mapel bahasa Indonesia sehingga memiliki tanggung jawab moral menjaga bahasa Indonesia. 

Saya pun percaya bahwa teman-teman seprofesi yang mengampu mapel bahasa Indonesia --di mana pun mengabdi-- juga memiliki tanggung jawab moral terhadap keberadaan bahasa Indonesia seperti saya.

Bahkan, saya juga meyakini teman-teman seprofesi yang mengampu mapel yang lain pun di seluruh pelosok bumi pertiwi ini-- memiliki tanggung jawab moral menjaga eksistensi bahasa Indonesia sebab mereka juga pemilik sah bahasa Indonesia.

Kalau tidak hanyut dalam gaya bahasa mitra chatting yang abai terhadap kaidah berbahasa (Indonesia), berarti kita sudah menjunjung bahasa Indonesia; menjaga kewibawaan bahasa Indonesia. 

Barangkali ini cara yang boleh dikatakan agak arif sebelum kita dapat memengaruhi mitra chatting yang semaunya dalam berbahasa. 

Bukan mustahil keteguhan kita terhadap kaidah berbahasa yang semestinya setiap chatting --suatu saat-- mampu mendorong mitra chatting kita berpikir ulang ketika ia merasa bersalah saat chatting.

Hingga sekarang, saya masih percaya bahwa "teladan" tetap memiliki kekuatan memengaruhi. Sebab itu, dalam keadaan apa pun --anggaplah misalnya  keadaan sudah rusak-- teladan baik, benar, dan tertib tetap harus ada. Teladan tidak boleh kendor. Teladan tidak boleh hilang. 

Teladan harus tetap dapat dilihat, dirasakan, didengar, dan diperbincangkan. Maka, siapa pun kita --lebih-lebih pencinta bahasa (Indonesia) dan guru Mapel Bahasa Indonesia--  tidak boleh jemu-jemu menjadi teladan baik dalam berbahasa saat  chatting di medsos.

Chatting di medsos dengan teks-teks yang ukurannya relatif pendek sangat efektif untuk menjaga kewibawaan bahasa Indonesia. Sebab, tidak harus menguasai banyak teori bahasa. Hanya mengetahui kaidah umum berbahasa yang sehari-hari orang menggunakan, kita bisa menjadi teladan berbahasa yang taat kaidah.

Menulis teks-teks pendek dalam chatting --mungkin berupa kata, frasa, klausa, kalimat, atau beberapa kalimat (paragraf)-- dengan menggunakan kaidah berbahasa yang benar rasanya belum terlalu membebani pikiran kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun