Ditambah pengalaman saat menghadiri sebuah forum perbankan syari'ah. Seorang direktur bank syar'ah nasional menyampaikan paparan yang --menurut Iwan Rudi, sangat tidak tepat. Ia merasa kecewa dengan isi pemaparan sang direktur.
"Kalau level direktur saja begini pemahamannya, bagaimana dengan level-level bawah?" pikirnya. Ini menjadi hal yang selalu menggelisahkan Iwan Rudi.
Dari sini ia merasa memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan jawaban yang lebih tuntas. Ia berpikir selama ini banyak pertanyaan sekitar riba tidak mendapat jawaban yang memadai. Melalui buku ini Iwan Rudi ingin berkontribusi --sebagai bentuk pertanggungjawaban moral dan akademik---dalam memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan dan kesimpangsiuran pemahaman.
Di tengah Iwan Rudi mengalami perawatan di rumah sakit --karena terinfeksi Covid, ia mendapatkan spirit untuk segera menuliskan jawaban itu. Iwan sempat dirawat di ruang ICCU karena beratnya sakit yang diderita akibat corona. Saturasi sempat di angka 84. Namun alhamdulillah Allah berikan kesembuhan.
Setelah keluar dari ICCU, Iwan minta dikirim sebuah buku tentang riba. Masih dalam perawatan di rumah sakit, Iwan menyelesaikan membaca buku tentang riba tersebut. Setelah semakin pulih, ia mulai menuliskan berbagai jawaban terkait polemik sekitar riba.
Ini juga menjadi kunci dalam keberhasilan membuat buku. Menulis tema yang menjadi dunianya --seperti Iwan Rudi yang menulis tentang riba. Ini dunia yang digelutinya di bidang perekonomian syari'ah. Ditambah lagi dengan munculnya banyak pertanyaan di masyarakat yang kurang mendapat jawaban; dan kesimpangsiuran pemahaman terkait riba.
Semua poin tersebut menjadi daya dorong bagi Iwan Rudi untuk menyelesaikan penulisan bukunya. Ia ingin meluruskan pemahaman, memberi jawaban yang mencerahkan dan mengekspresikan tanggung jawab moral serta akademik sebagai pelaku perekonomian syari'ah.