Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Buku, Tak Perlu Ragu

21 September 2021   06:45 Diperbarui: 21 September 2021   06:49 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ahad 19 September 2021 lalu, Kelas Buku Single (KBS) Alineaku melaunching tiga buku perdana karya peserta Batch #1 / 2021. Program KBS adalah pembelajaran secara online untuk membuat buku 'single' secara terbimbing. Semua peserta diwajibkan membuat buku karya sendiri, dengan mendapat bimbingan menulis, editing hingga penerbitan.

Tiga buku yang dilaunching pada 19 September litu, masing-masing karya Arinda Susanti, "Antara Canberra, Brisbane, dan Townsville: Perjalanan dari Indahnya Persahabatan"; karya Anita Mariana Butar Butar, "Dimensi Alam Supranatural di Era Pandemi"; dan karya Iwan Rudi Saktiawan, "Mengurai Polemik Riba".

Menyimak pemaparan ketiga narasumber, saya menumukan hal-hal menarik untuk menjadi pelajaran. Di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Arinda Susanti, "Tuliskan Kenangan Berkesan"

Arinda Susanti bercerita kenangan 12 tahun yang lalu saat mengikuti program studi banding ke beberapa negara bagian Australia. Ia menceritakan, bahwa aktivitas mengikuti studi banding di Canberra, Brisbane dan Townsville benar-benar menjadi kenangan sangat mengesankan.

Sebagai seorang guru di sebuah SMA, yang kemudian menjadi Kepala Sekolah, menjadi kebanggaan tersendiri baginya untuk bisa belajar ke Australia. Maka ketika ia menuliskan pengalaman tersebut menjadi buku, tidak ada kesulitan yang berarti. Ia tinggal menghadirkan kembali memori 12 tahun lalu itu untuk dituangkan menjadi tulisan.

Pada saat mengikuti program di Australia, ia juga sudah menulis berbagai kegiatan yang dilakukan. Ditambah dengan foto-foto kegiatan dan foto kenangan bersama para sahabat sesama kepala sekolah di Australia. Arinda merasa proses menulis demikian lancar tanpa kendala.

"Kenangan duabelas tahun lalu itu seakan hadir sendiri. Saya tidak kesulitan untuk menuliskan bagian demi bagian dari semua kejadian selama di Australia. Terlebih saya sudah memiliki catatan kegiatan selama menjalani kegiatan tersebut", ujar Arinda.

Ini adalah salah satu kunci dalam menulis. Apabila Anda menuliskan kenangan berkesan, Anda akan mudah menuangkan ide ke dalam tulisan. Semakin mengesankan kenangan yang pernah Anda rasakan, semakin mudah untuk menuliskan.

Semua dari kita pasti memiliki kenangan berkesan. Ada kenangan manis, ada kenangan pahit. Keduanya bisa menjadi kenangan berkesan. Namun kenangan manis lebih enak untuk dituliskan. Kenangan pahit dan menyakitkan sebaiknya dikuburkan.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
  • Anita Butars, "Saya Mengedit 11 Kali"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun