Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Filsafat Kandang Burung (Jalak Bali)

19 Januari 2016   07:13 Diperbarui: 19 Januari 2016   21:14 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suatu senja, di musim yang lalu . . .

Seorang penangkar burung jalak bali memanggil anaknya,”Nak sinilah anakku. Lihatlah di lantai kandang itu,” kata sang ayah sambil menunjuk ke lantai kandang yang dia maksud. “Cangkang telur jalak bali yang berserakan itu pertanda bahwa burung kita sudah menetas.” Sang anak yang masih duduk di Sekolah Dasar itupun mengangguk tanda mengerti.

Bulan berikutnya, di senja yang sama, sang anak berteriak memanggil ayahnya,”Ayah . . .ayah sini dong. Burung jalak bali kita sudah menetas lagi. Lihat itu ayah, cangkang telur burung jalak bali berserakan di lantai kandang,” kata sang anak sambil menunjuk ke lantai kandang yang dia maksud. “Cangkang telur jalak bali yang berserakan, itu pertanda bahwa burung kita sudah menetas kan Ayah ?” kata sang anak meyakinkan ayahnya dengan kalimat tanya.

Sang ayah terdiam. Rupanya dia sedang berfikir untuk memilih kalimat yang tepat, agar kata ‘bukan’ yang akan dia ucapkan, tidak sampai mematahkan semangat anaknya untuk mengerti lebih dalam tentang hakikat kehidupan dalam sebutir telur.

Namun sampai maghrib menjelang sang ayah belum menemukan kalimat yang tepat. Adzan mangrib berkumandang, dan iqomatpun pelan-pelan suaranya menghilang. Setelah merampungkan dzikir dzikir petang (ma’tsurot) beliau mengambil sebuah papan kayu. Dengan sebuah batu kapur ditulislah beberapa wejangan untuk anaknya kelak jika sudah besar.

Jika telur jalak bali ini pecah karena terjatuh dari gelodok sarangnya, maka kehidupan dalam telur berakhir, tidak ada piyik jalak bali yang menetas. Itulah akhir kehidupannya di dunia.

Tapi jika telur burung jalak bali dipecahkan oleh kekuatan dari dalam, yakni oleh kekuatan si piyik jalak bali sendiri, maka ini berarti kehidupan baru telah lahir. Itulah tradisi di alam, di mana hal-hal besar selalu dimulai dari dalam dirinya sendiri.

Memang Allah tidak pernah menjanjikan bahwa langit itu selalu biru, awan selalu putih, mendung selalu berarti hujan, bunga selalu mekar, mentari selalu bersinar, telur selalu menetas.

Tapi camkan dalam hatimu wahai anakku, Allah selalu memberi peluang bahkan di amuk badai sekalipun, megirimkan benih senyuman di setiap butiran air mata kita, menyelipkan pelajaran di setiap cobaan yang menimpa kita dan memberi jawaban di setiap doa kita.

Dalam hidup ini sebesar apapun badai yang menerpamu, di sana selalu ada ibroh dan peluang. Karena itu langgengkanlah doamu dan lanjutkanlah perjuanganmu. Yakinlah bahwa Dia sudap siap untuk menjawab do’amu, semuluk apapun pintamu.

Nak ke sinilah nak, mendekatlah kepadaku. Akan ku bisikkan kata-kata pengajaran Tuhanmu. Sekarang lihatlah kandang burung jalak bali kita itu . . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun