Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tali Pocong Jomlo

3 Oktober 2020   20:38 Diperbarui: 3 Oktober 2020   20:49 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pocong. Foto: tribunnews.com

"Iya, benar. Pasti! Yakinlah, tidak bakal ada kekecewaan. Toh, Adik sudah lama jomlo, kan?"

Rudi tertegun. Sejumput daging di pundaknya bergerak naik turun. Hatinya antara semangat dan putus asa. Tapi, Rudi tak begitu khawatir. Selama ini ia sering bersahabat dengan kuburan setelah beberapa kali ikut Mamangnya, Mang Jack menggali kuburan.

"Mbah, kira-kira hari ini sudah ada jomlo yang meninggal apa belum, ya?" tanya Rudi dengan nada penasaran.

"Uhuk..huk...huk. Nah, itu masalahnya, Dik! Dalam beberapa minggu ini, belum ada satupun jomlo yang meninggal. Sepertinya Adik harus bersabar," terang Mbah Krisna sambil menahan dahak dalam batuknya.

"Oke. Makasih, Mbah. Aku minta nomor handphone Mbah, ya. Biar nanti kalo aku mau nikah, aku bisa borong martabaknya." Tegas Rudi sembari mencatat nomor handphone Mbah Krisna yang terpampang besar di gerobak martabak.

 Ini, aku bayar. Sepuluh ribu... Makasih, Mbah!"


"Eh, tunggu, Dik! Tapi tali pocongnya harus benar-benar yang jomlo, ya. Kalau tidak..."

Tanpa memanjangkan khayalnya, Rudi segera bergegas menuju kuburan. Beruntungnya lokasi TPU tidak terlalu jauh hingga ia bisa segera mencari tali pocong jomlo malam itu juga.

***

Pukul sebelas malam Minggu, akhirnya Rudi tiba di kuburan. Rudi tidak sendirian. Ia mengajak Om Jack untuk menemaninya. Tengah malam seorang diri di kuburan, Rudi mana mungkin seberani itu.

"Rud, kayaknya dalam setahun ini enggak ada deh pemuda jomlo yang meninggal," tegas Om Jack yang sebenarnya mulai takut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun