Kepingan langit rindu jatuh dan berguguran di taman cinta. Halaman di taman itu akhirnya terbelah dan dipenuhi bercak-bercak kesendirian. Entahlah. Bahkan langit pun rela jatuh untuk menghiburku.
Aku sebenarnya begitu mengerti mengapa aku masih sendiri. Takdirku masih berjalan-jalan di pulau seberang. Aku ingin menjemput takdir, tapi takdir belum siap untuk menghampiriku. Langit dan bumi mungkin begitu peduli, tapi rasanya diriku tak cukup untuk berpuas diri.
Lagi-lagi, entahlah.
Rasa, bayang, cinta, sayang, dan nuansa semua bercampur dengan sepi. Iramanya begitu mendung ketika bersatu tabur dengan rinduku. Bagaimana tidak, rinduku belum terbalas.
"Kapan, sayang!"
Teriak rasa ini hanya mampu membuncah di dalam dada. Belum ada tulang rusuk yang mendengar, kecuali sel darah putih penguat imunku.
Entahlah. Entah kapan rinduku terbalas. Biarkan saja dulu. Saat ini aku masih ceria. Aku masih mampu memeluk tubuhku sendiri.
Salam.