"Gara-gara virus manja, jangan-jangan yang bersihkan muntah anak SD di Indonesia...
 Gurunya!"
Tidak tersanggahkan, anak-anak SD memiliki semangat yang besar untuk bersekolah. Entah apa yang dikejar, kebanyakan dari mereka tidak pernah datang telat sekalipun.
Apalagi jika hari-hari pertama masuk sekolah, barangkali banyak anak SD yang berlomba agar dapat tempat duduk paling depan di kelasnya. Bukan sekadar kehendak anak, melainkan juga orangtuanya.
Alasan lain juga demikian. Entah saat itu anak SD ingin menunjukkan permainan barunya, ingin jajan serabi yang masih hangat, atau bahkan ada pelajaran yang disenangi, masing-masing darinya telah menjadi alasan kuat bagi mereka untuk selalu datang ke sekolah.
Di SD tempat saya mengajar misalnya. Anak-anak di sini sangat menyukai pelajaran olahraga dan BTA (Baca Tulis Al-Qur'an) karena pelajarannya menyenangkan. Karena suka, anak tidak peduli mau sakit atau sehat, yang penting mereka datang.
Akhirnya? Pernah kejadian, seingat saya bulan lalu saat pelaksanaan upacara bendera hari Senin ada seorang murid kelas II yang muntah di lapangan. Sempat kami periksa, ternyata anak ini memang sedang demam hingganya segera kami antar pulang untuk menyilahkannya berobat.
Sontak saja, setelah ia pulang salah satu guru senior kami mengatakan bahwa hari Senin ada pelajaran olahraga sehingga walaupun anak sakit ia tetap paksakan sekolah, rugi jika pelajaran olahraga terlewatkan.
Pertanyaannya, siapakah yang membersihkan muntahan anak tadi? Beruntung hari itu upacara sudah mau selesai sehingga siswa-siswa lain bisa membantu membersihkan lapangan.
Di Thailand kasus muntah seperti ini sangat berbeda cara penyelesaiannya. Melalui foto yang sempat viral beberapa hari ini, ternyata siapapun anak SD yang muntah di Thailand, maka mereka bertanggung jawab untuk membersihkan muntahan itu.