Meski demikian, godaan ini harus kita lawan karena itu hanya nikmat sesaat saja. Lagi-lagi kita butuh skala prioritas yang berorientasi pada kesejahteraan hidup di masa tua.
Jangan hanya karena nafsu dan selera hingga kita rela mengorbankan SK supaya terpandang kaya dan berada. Toh, orang yang sederhana juga diakui eksistensinya.
Jika ingin sekolahkan SK untuk buat usaha bagaimana?
Jika mau sekolahkan SK untuk modal nikah?
Agaknya, dari pada sekolahkan SK lebih baik kita meminjam uang dengan kerabat atau saudara-saudara yang berada. Dengan begitu, hidup kita tidak akan tersandera dan tak perlu membayar lebih.
Dan solusi yang paling baik adalah hidup bersahaja alias sederhana. Daripada meminjam uang, lebih baik berinvestasi. Tak perlu banyak-banyak, yang penting rajin. Dengan begitu, hidup kita bisa tentram, nyaman, dan tidak diatur oleh orang lain.
Di sela-sela hidup bersahaja, kita wajib selipkan syukur. Dengan bersyukur, nikmat ini akan tertambahkan. Entah nanti kita dapat kerja sampingan, naik golongan atau naik jabatan, biarlah Tuhan saja yang mengaturnya.
Untuk memotivasi diri agar mau menambah investasi, kita perlu merenung sejenak:
"Dulu saat bekerja sebagai karyawan tidak tetap, gajiku cukup dan bisa menabung. Tapi sekarang, kerja sudah tetap kok tabungan tak bertambah. Kenapa ya?"
Ada yang salah dari diri kita, dan itu adalah soal gaya hidup. Logikanya, jika naik gaji naik investasi, bukan naik gengsi.
Nyatanya, naik gengsi bisa menghabiskan gaji dan jika gaji habis, kemalasan akan bertamu. Maka dari itulah PNS tidak perlu mengorbankan gajinya hanya untuk gengsi. Termasuk juga profesi lainnya.
PNS yang hebat adalah dia yang rajin investasi, mau meningkatkan kinerja, dan tetap bersahaja.
Salam.