Belum lama aku baca, detik-detik yang menentukan itu
Belum dua bulan aku renungkan, lembaran 500 halaman lebih
Lembaran yang  menuangkan gempita-gempita dunia
Tak pernah usang tak pernah lapuk, walau tertuang bersama lalu
Aku sangat terenyuh, menganga kekaguman
Sesekali duduk dipangkuan harapanmu
Itu begitu nyata, dan dunia seketika berubah
Aku tak terlalu menghitung berapa selisih dolar
Kata orang, turun dari 15.000 menjadi 6.500
Aku tak terkejut, karena engkau guru sejatiku
Jujur, aku tak sanggup menguasai ilmu darimu
Ilmu yang bisa mendudukkan dunia, membolak-balikkannya, bahkan menerbangkannya
Sholehmu, tauladanmu, semuanya aku jadikan PR yang belum tuntas
Berkali-kali aku ingin remedial
Tapi aku tertindas oleh angka 18.05 WIB
Bahkan aku tak sempat menyusun galon penampung air mata
Padahal ini sudah senja, tapi mengapa harus ada kelam
Harusnya cukuplah awan yang menutup senja, bukan kau kelam
Aku belum selesai membaca Detik-Detik Yang Menentukan
Harusnya engkau temani
Bukan malah tergantikan kelam
Aku masih belum kuat tertindas sunyi
Namun Sekarang, aku harus tumbuh bersama harapanmu
Aku harus selesai membaca Detik-Detik Yang Menentukan itu
Karena setiap katanya, adalah untaian doa menuju penghantaran terbaik-Nya
Di sela-sela detik, Al-fatihah akan senantiasa menghampirimu
Dan disusul kibaran setengah tiang esok pagi
Irji'i ila robbiki rodhiyatan mardhiyyah
Doa terbaik dari seluruh penduduk bumi
Bersama percikan khusnul khotimah
Untuk guru sejati, B.J. Habibie
Curup, 11 September 2019
Ozy Vebry Alandika