Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024 - I am proud to be an educator

Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024. Guru dan Penulis Buku, menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rabu Abu dan Maknanya bagi Umat Kristiani Gereja Toraja

6 Maret 2025   10:17 Diperbarui: 7 Maret 2025   09:13 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase pelaksanaan Ibadah Rabu Abu di Gereja Toraja Jemaat Bukit Sion Salubarani. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Rabu Abu adalah awal dari masa Pra-Paskah. Tahun 2o25 sedikit unik karena ibadah Rabu Abu berlangsung di masa bulan Ramadan atau bulan Puasa bagi umat Muslim. 

Bagi umat Katolik, Ibadah Rabu Abu sudah sejak lama menjadi tradisi mengawali masa Pra-Paskah. Umat Katolik di Tana Toraja mengadakan ibadah ini pada Rabu pagi.

Sementara umat Kristiani Toraja juga mulai melakukan Ibadah Rabu Abu. Secara khusus umat Kristiani di bawah naungan gereja lokal, Gereja Toraja. 

Secara serentak, semua warga Gereja Toraja mengikuti Ibadah Rabu Abu yang dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Maret 2025. Pelaksanaan ibadah berlangsung pada petang hingga malam hari. 

Melalui Rabu Abu, jemaat diundang menghidupi pertobatan yang dinyatakan dalam tindakan berpuasa, penyangkalan diri, dan pengakuan dosa. Lewat Rabu Abu pula, spiritulitas warga Gereja Toraja dibentuk untuk menghayati sengsara, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. 

Momen Rabu Abu akan bermuara pada Paskah yang dimaknai sebagai kebangkitan Kristus. Di sini, jemaat diajak pula untuk mampu memahami manusia dan kefanaannya, inisiatif Allah dalam pendamaian dan respon manusia atas pendamaian Allah. 

Ibadah Rabu abu ditandai dengan prosesi Penorehan Debu Tanah. Makna sederhana dari penorehan debu tanah ini adalah manusia berasal dari debu tanah dan akan kembali ke debu tanah. Umat Kristiani suatu saat nanti akan tiada dan kembali ke tanah sebagaimana adanya dan sudah dinubuatkan dalam Alkitab. 

Sebagaimana diketahui umat Kristiani bahwa dalam kisah penciptaan, manusia tercipta dari debu tanah. Terlepas dari arti sederhana sebagai materi, debu tanah juga dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat fana. 

Maksud dari kata fana adalah tidak ada kekekalan dalam diri manusia. Kekekalan hanya ada dalam pribadi Allah. 

Dengan demikian, manusia dengan segala keadaannya hanya bersifat sementara dan suatu saat akan berakhir. Inilah yang disebut dari debu dan kembali ke debu. 

Pada Rabu Abu juga ditekankan akan hakikat Allah yaitu kasih. Kefanaan dan dosa manusia tidak dapat membendung Allah untuk menyatakan kasih-Nya. Kasih itu dinyatakan pada karya di atas salib dan kebangkitan Kristus. Kedatangan Yesus Kristus adalah waktu perkenalan Allah agar manusia yang fana diangkat dari maut kematian di dunia. Inilah proses pendamaian non-transaksional dari Allah kepada manusia. 

Maka, sebagai respon atas pendamaian Allah, umat Kristiani diajak untuk hidup dalam pertobatan. Bertobat dapat dilakukan melalui perubahan pikiran (metanoia). Perubahan pikiran yang dimaksud adalah kemampuan meninggalkan dosa dan mengarahkan sepenuh hatinya pada kehendak Allah. 

Di Gereja Toraja Jemaat Bukit Sion Salubarani, Ibadah Rabu Abu dimulai pukul 18.00 WITA. Di kalangan Gereja Toraja, pelaksanaan Ibadah Rabu Abu telah diatur dalam buku panduan Membangun Jemaat. Ibadah dipimpin langsung oleh pendeta jemaat, yakni Pdt. Yunus Marthen Baso, S.Th.

Terdapat dua titik menorehkan debu tanah ini, yaitu di dahi atau di punggung telapak tangan. Model penorehan menyimbolkan salib.

Di samping itu, tanda salib di dahi atau di punggung telapak tangan, bukanlah tanda atau simbol semata. Bagi warga Gereja Toraja, ini adalah simbol telah menerima Yesus sebagai Juruselamat. Kematian di dalam Yesus adalah sebuah keuntungan.

Pada ibadah Rabu Abu, warga jemaat diajak untuk menghayati arti pertobatan. Selain itu, penerimaan simbol goresan salib membawa makna bahwa jemaat mengalami pembaruan dalam hidup mereka. 

Bagi kami, umat Kristiani di Gereja Toraja Jemaat Bukit Sion Salubarani, Ibadah Rabu Abu adalah hal baru. Banyak yang baru pertama kalinya mengikuti ibadah dan prosesinya. Sehingga, tidak mengherankan jika di awal penorehan debu tanah, warga jemaat seperti masih malu-malu maju ke depan altar gereja untuk menerima torehan debu tanah dari pendeta.

Foto sesaat setelah mengikuti Ibadah Rabu Abu, 05/03/2025. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Foto sesaat setelah mengikuti Ibadah Rabu Abu, 05/03/2025. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Diiringi lagu pujian dari Kidung Jemaat berjudul Ikut Dikau Saja Tuhan, pendeta Yunus Marthen Baso, S.Th. mengundang warga jemaat untuk hadir memberi diri untuk menerima penorehan debu tanah. Mulai dari anak-anak hingga lansia, secara teratur menerima torehan debu tanah.

Secara pribadi dan juga untuk keluarga kecil, ini kali pertama dalam hidup mengikuti ibadah Rabu Abu. Keikutsertaan kami pun menjawab pertanyaan pendeta yang bertanya di awal khotbah, "Sudah berapa kalikah saudara menerima tanda?"

Seusai Rabu Abu ini, umat Kristiani Gereja Toraja akan mengikuti masa pra Paskah selama empat pekan ke depan hingga masuk masa Paskah yang dimulai dengan Palmarum tanggal 13 April nantinya. Selama masa pra Paskah, warga Gereja Toraja diajak untuk menyelami masa-masa pemberitaan injil keselamatan, penderitaan dan pengorbanan Yesus. 

Jika umat Muslim sementara berpuasa, maka umat Kristiani pun melakukannya. Puasa Kristiani dijalani dalam semangat kemurnian hati dan menjauhkan diri dari segala hawa nafsu duniawi. 

Selamat menjalani masa pra-Paskah untuk Umat Kristiani. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun