Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Membangun Kesadaran Bencana Tinggal di Cincin Api dan Daerah Gempa

4 Agustus 2019   10:30 Diperbarui: 4 Agustus 2019   10:33 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash


Titik kumpul. Tulisan dan gambar seperti orang berkumpul itu seringkali terlihat di gedung-gedung tinggi ataupun di area perkantoran yang telah menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja. Demikian pula kalau sering menginap di hotel, di belakang pintu akan tertera denah posisi kamar dan juga petunjuk ke pintu keluar jika terjadi keadaan darurat.

Sederhana memang. Tetapi kalau abai dengan petunjuk-petunjuk tersebut maka ketika terjadi keadaan darurat seperti gempa, kebakaran, gunung meletus, dan tsunami akan terjadi kekacauan yang bisa saja merengut banyak korban jiwa karena ketidaktahuan menggunakan petunjuk-petunjuk tersebut.

Indonesia merupakan daerah yang dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik dan juga termasuk dalam lempeng dunia yang terus bergerak. Ada tiga lempeng di Indonesia yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik yang membuat Indonesia rentan bencana. Kalau salah satu lempeng bergerak dan bertabrakan maka goyanglah Indonesia.

Cincin api dan pertemuan lempeng tersebut membuat Indonesia  dikeliling oleh alam yang indah permai dan kesuburan tanah yang sangat tinggi. Bayarannya adalah harus waspada karena memang Indonesia merupakan daerah bahaya. Itulah konsenkuensinya.

Sebuah lagu bahkan menyebutnya sebagai tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Sebuah lagu yang hits dizamannya.

Itu semua karunia Illahi dan juga sebagai manusia harus melihat dan pandai membaca tanda-tanda alam serta mempelajarinya untuk kelangsungan hidup manusia. Nenek moyang orang Indonesia itu pintar-pintar.

Bila memperhatikan bangunan-bangunan yang dibangun oleh nenek moyang maka bangunan yang membentuk rumah mereka adalah kayu yang terhubung satu sama lain dan tidak memiliki pasak yang mengikat. Tiang utama rumah juga tidak ditanam di tanah tetapi biasanya diletakkan di atas batu besar.

Jika terjadi gempa maka rumah tersebut tidak patah apalagi sampai ambruk tetapi hanya bergoyang-goyang. Tahun 2000 gempa besar melanda Bengkulu dan imbasnya sampai ke Lahat. Satu rumah di Kecamatan Pasemah Air Keruh yang berbatasan dengan Bengkulu, berpindah sekitar 10 meter dari titik asal. Penghuni rumah yang terguncang-guncang selamat semua.

Untuk sekarang ini kayu sudah menjadi bahan yang langka dan mahal harganya. Orang sekarang lebih memilih rumah batu dibandingkan rumah kayu apalagi sampai menerapkan model rumah lama seperti nenek moyang dulu.

Rumah Risha (rumah instan sederhana sehat) yang murah dan tahan gempa sebenarnya bisa menjadi alternatif untuk pembangunan model-model rumah di daerah yang termasuk dalam lempeng gempa aktif. Ketahanannya bisa memberikan kesempatan pada penghuni untuk keluar rumah dan mencari tempat aman.

Bencana mulai dari gempa, letusan gunung merapi, tidak bisa diprediksi kapan datangnya. Bisa pagi, siang dan malam. Tidak ada yang tahu. Tidak ada yang bisa melawan alam. Paling utama adalah membaca alam dan menghindari bencana serta korban. 

Kesadaran tinggal di daerah berbahaya dan juga mencari lokasi aman ketika bahaya muncul harus terus disosialisasikan. Sosialisasi tidak hanya pada orang-orang dewasa tetapi juga kepada anak-anak.

Gempa Banten M 6,9 (2/8) malam sudah membangunkan semua pihak, kalau Jakarta dan sekitarnya merupakan daerah rentan terdampak gempa. Padahal daerah sekitar Jakarta merupakan daerah yang padat penduduk.

Artinya apa? Sosialisasi dan juga penanganan gempa tidak hanya didaerah yang berdekatan dengan daerah pegunungan, pantai tetapi juga di perkotaan. Tidak ada yang tahu ujung dari pergerakan dan tumbukan lempeng bumi.

"Ibu aku sudah keluar rumah. Gempa di ... aku sudah di halaman. Bungsu sama Bude lagi ke warung. Sudah kutelpon untuk cepat pulang dan jangan berdiri di dekat bangunan ataupun tiang listrik," kata Sulung.

Itu adalah percakapan anak dan ibu yang berjarak 600 km lebih. Ibunya pun sudah gelapan. Kembali pasal satu ketenangan. Dua menit kemudian Bude dan bungsu sudah datang dan mereka berempat berdiri di halaman sambil melihat situasi sekitar. Sekitar 30 menit kemudian baru mereka masuk ke dalam rumah. Bersyukur, anak-anak dan Budenya selamat.

Instansi terkait ayo bahu membahu untuk menghadapi bencana. Membangun shelter (tempat berlindung), mensosialisasikan cara-cara untuk menyelamatkan diri ketika bencana terjadi dan juga menyiapkan peralatan pendukung evakuasi. Melatih tenaga BNPB management disaster dan orang yang bertanggung jawab dan memegang komando di suatu daerah ketika bencana terjadi.

Ayo bangun kesadaran bencana alam. Jangan lelah untuk memperbaiki bangsa ini. Jangan lelah untuk membangun bangsa ini.

Salam Kompal

Salam dari Puncak Bukit Barisan Sumatra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun