Dan semua berlalu, berganti hal-hal baru yang datang lagi. Kian jauh aku kian tahu arti perjalanan. Makna-makna setiap langkah dan kaki-kaki beranjak, juga perih dan air mata yang tercungkil ke tanah.
Hingga suatu hari aku akhirnya tahu satu hal baru lagi. Bahwa begini: "bagaimana pun panjangnya kisah satu perjalanan, cerita akhirnya tetaplah pulang."
Pulang adalah perihal harapan. Aku akan pulang dan berteduh di rumah kecil yang kau adalah orang dapurnya. Aku akan pulang dan menanami kebun-kebun rumah kecil itu dengan sayur-sayuran yang kau sukai, juga buah-buahan di halaman belakang.Â
Aku akan menghidupkan lampu rumah di sore menjelang waktu malam, menerangi setiap harapan di keningmu yang damai, menghidupkan cinta di matamu yang sunyi, menghibur lelah di garis bibirmu.
Perjalanan adalah tentang usaha menemui kepulangan itu sendiri. Aku jadi tahu itu. Tak banyak memang. Setidak-tidaknya aku tahu, padamu pulang itu aku lakukan.Â
Mencintai dengan luar biasa semua warna yang kau punya, menghalangi tiap luka yang menerjang dadamu, menantang tiap duka yang coba menyelimuti matamu. Aku mau menjadi yang paling depan yang membagi suka, menawarkan tawa, meredam risau, juga menyebut mantra-mantra kasih.
Sekali lagi, pulang ada tentang menemukanmu. Setelah berkelahi dengan terjal-terjal perjalanan, onak belukar kisah, dan pahit manis pengalaman. Aku pulang dan hendak nyenyak di dadamu kala lelap datang.