Lenteng Agung, Jakarta Selatan | Penggunaan Global Positioning System (GPS) atau peta digital sudah sangat lazim saat ini, terutama ketika kita sedang bepergian ke luar kota dan kita sama sekali tidak tahu arah dan jalan-jalan di kota tersebut.
Namun kadang-kadang, meskipun sudah ada GPS, banyak pengguna masih bisa saja tersesat. Tentu saja, penunjuk arah yang terbaik adalah bertanya pada penduduk sekitar. Misalnya, gunakan Google Maps atau Waze di luar kota, bisa muter-muter masuk keluar desa dan ikuti naik jalan kecuil nail turun gunung dan lembah
Pada era lalu, zaman Yeremia (+/- 600 BC), model tersesat  seperti itu juga terjadi. Namun, mereka tersesat bukan karena salah jalan, tetapi menyimpang dari firman; menyimpang dari Jalan yang Benar; menyimpang dari tuntunan Gusti Allah melalui Firman-Nya.
Yeremia, Sang Nabi pun, berulang kali menyapa umat agar kembali, kembali, kembali ke Jalan yang Benar. Sayangnya, mereka masih tidak mau berbalik arah dan kembali mengikuti jalan yang benar. Agaknya  karena  lebih nyaman 'terjatuh' dan tidak ingin bangun kembali.
Karena itulah, Yeremia, memberikan teguran yang keras. Dia bahkan memakai contoh hewan-hewan seperti burung ranggung, burung bangau, dan lainnya untuk menunjukkan kepada bangsa umat bahwa burung-burung pun tahu musim-musim mereka, kapan harus pergi, kapan harus pulang.Â
Umat pun bukannya tidak mempunyai hukum Tuhan itu. Mereka punya, tetapi sayang, mereka tidak memahami dan melaksanakannya.
Bagaimana dengan kita?
Hampir semua dari antara kita, anda dan saya, pasti punya Hukum, yang sering disebut Firman, serta di satukan pada Kita Suci; serta itu jadi tuntunan atau pun pegangan hidup dan kehidupan sehari-hari.
Karena itu, anda dan saya pun mengunduh Kitab Suci ke hp; dan terpampang manis di hp. Â
Tapi, apakah kita sudah membaca, memahami, dan melaksanakan perintah di dalamnya? Ya, membaca dan pahami, serta aplikasikan?
Apakah selama ini jalan kita tersesat dan sudah berbalik arah?