Mulai kemarin daun yang menguning sudah diganti oleh tunas daun yang menguncup. Mungkin berbarengan dengan beberapa pahlawan yang dikubur di pemakaman umum, tanpa ada tembakan salvo serta penghormatan. Sebab anak-anak yang baru lahir juga belum diberi nama. Biasanya untuk mengurus akte kelahiran lebih lama ketimbang akte kematian. Mungkin pikirnya pembuat akte masih ada waktu untuk menghirup nafas, sedangkan yang mati tinggal nama saja.
Mulai kemarin juga ada perubahan harga bahan bakar, yang murah diganti agak mahal. Nanti perlahan bisa lebih mahal lagi. Sebab perjalanan dari rumah ke kantor butuh gengsi. Kalau naik sepeda angin memang sadar lingkungan, tapi tidak sadar keringat bercucuran. Betis mengeras dan karena tenaga angin, maka bisa masuk angin berulangkali. Kalau hujan berteduh dulu, kalau panas terik harus dibakar dulu tubuhnya. Namanya juga bahan bakar, ada bahan ada yang dibakar.
Oh ya, mulai kemarin ada beberapa pejabat negeri, lebih tepatnya pembantu negara yang diganti. Namanya pembantu, harus mau membantu. Seperti rakyat yang menjadi buruh cuci, maka harus mencuci. Pembantu yang mengasuh anak juga menjaga anak majikan, menyuapi hingga menidurkan jika sudah lelah bermain. Tapi kalau pembantu negara harus tunduk majikan, jangan mau disuapi oleh siapapun. Jangan tertidur dan jangan bermain, apalagi main api.Â
Sebagai rakyat, mungkin mereka inilah penguasa negeri yang tidak bisa diganti, kecuali rakyat yang tertidur karena banyak disuapi oleh pembantu negara asing.
SINGOSARI, 20 Juni 2022
Sumber gambar https://www.npr.org