Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bersyukur dalam Musim-Mu

14 Juni 2022   17:16 Diperbarui: 14 Juni 2022   17:22 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar https://www.indozone.id

Semenjak waktu hendak melepas baju masa lalunya, mungkin beberapa minggu ke depan, telah kusinggahi kediaman kemarau. Ruang yang hangat, menyalakan kenangan, serta curahan-curahan yang mulai kering.

Kiranya kemarau akan menyerap seluruh genangan yang selama ini enggan mengalir. Membiarkan angin meniup prahara yang tak kunjung usai.

Daun mengibaskan embun, kicau burung mengiringi tarian perdu, seperti hendak menampilkan hikayat cinta yang baru saja terangkai, dari untaian amnesia serta nektar yang terbawa lebah.

Mereka semua bergetar, bergoyang, menari di setiap pandangan. Menyusup di aorta dan tak mau pergi dari kepala.

Kini kemarau sudah berbenah, mengeringkan air mata, menutup kepedihan dengan debu, dan aku masuk dari ruang depan menuju ke belakang, seperti bumi mengantar pagi menuju senja. 

Ijinkan kunikmati keagungan-Mu, dari mencintai dan menyayangi dalam setiap rumahmu. Musim yang mempersilahkan aku masuk di dalamnya, kemarau yang selalu mengokohkan syukur.

SINGOSARI, 14 Juni 2022

Puisi ini kubuat bersama alunan Der Einsame Hirte oleh Leo Rojas

Apapun musimnya, bersyukurlah kepada Tuhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun