Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tukar Nasib

8 Oktober 2020   22:19 Diperbarui: 11 Oktober 2020   11:05 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu malam jum'at yang sunyi:          

          "Perkenalkan, namaku Izazil, aku pimpinan syetan dari jin dan manusia" kata makhluk berwajah merah mengenalkan diri. Sementara Karman yang masih duduk bersila belum juga membuka matanya. Ia hanya mendengarkan suara perkenalan yang serak dan berat.

          "Karman, bukalah matamu. Kau tak perlu mengenalkan diri, semua anggotaku sudah sering bersamamu, kau saja yang tak bisa melihat mereka" suara berat itu mengulangi tanya, sebab Karman tak juga membuka matanya. Keningnya tumbuh bulir-bulir keringat, kelihatannya ia ketakutan.

          "Karman, bukalah matamu!" suara berat itu membentak kasar. Perlahan Karman membuka matanya. Batinnya bergejolak, ia tak menyangka suara berat itu ternyata sangat tampan. Padahal saat memejamkan mata tadi wajah itu masih merah membara. Itulah kemampuan Izazil, mahkluk dari api yang bisa mengubah diri menjadi manusia.

Mengapa harus mengubah diri menjadi manusia? itu kuasa Illahi, kau tak perlu banyak bertanya, sebab jika terus bertanya nasibmu bisa seperti Karman.

          "Maaf, kukira kau berwajah buruk seperti dalam cerita-cerita" kata Karman setelah Izazil menggandeng tangannya.

          "Hahahaha, begitu ya? manusia selalu cerita keburukanku, padahal banyak manusia yang lebih buruk dariku" sahut Izazil.

          "Ya karena selama ini aku selalu di doktrin bahwa syetan adalah makhluk sombong, tubuhnya mengerikan dan tinggal di tempat-tempat kotor" jelas Karman seraya garuk-garuk kepala.

          "Lalu? sekarang kau masih percaya doktrin itu?" tanya Izazil.

Kedua jenis makhluk yang sejatinya berbeda itu saling pandang dan dari mulut mereka lahirlah gelak tawa bersamaan.

          "Aduh Karman, perutku sakit menahan tawa. Sudah begini saja, mulai hari ini aku nyatakan diri menjadi temanmu, dan....." suara Izazil berhenti, seolah memancing jawaban dari Karman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun