Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Suara Dini Hari

1 Oktober 2020   00:10 Diperbarui: 3 Oktober 2020   01:48 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlahan tanah lengket yang menahan gerak kakiku lenyap. Kabut tebal gelap menyergapku. Aku melesat di sebuah lorong dingin yang tak pernah kubayangkan. Saat setitik terang memenuhi pejam mataku, kubuka perlahan kelopak mata ini. Berat, tapi mulai bisa melihat bayang-bayang. Saudara-saudaraku tengah mengaji di sampingku.

Hari itu aku mengenali siapa saja yang ada dalam rumah. Hampir empat jam aku dinyatakan koma. Hanya bisa menggerakkan beberapa anggota tubuh, tapi mataku terpejam rapat. Hari itu pula yang menggembirakan aku sudah sembuh dari gila. Gila memikirkan tanah warisan dan gila mendengar suara dini hari.

Satu persatu tetanggaku berdatangan. Memberi bantuan dan mengucapkan selamat atas kesembuhanku dari gila. Kecuali kakek berbaju putih yang dari tadi hanya berdiri mematung di sudut kamar. Ia tiba-tiba lenyap saat kuhampiri, sebuah jejak kaki dengan tanah sedikit berlumpur tertinggal, masih basah.

MALANG, 30 September 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun