Perlahan tanah lengket yang menahan gerak kakiku lenyap. Kabut tebal gelap menyergapku. Aku melesat di sebuah lorong dingin yang tak pernah kubayangkan. Saat setitik terang memenuhi pejam mataku, kubuka perlahan kelopak mata ini. Berat, tapi mulai bisa melihat bayang-bayang. Saudara-saudaraku tengah mengaji di sampingku.
Hari itu aku mengenali siapa saja yang ada dalam rumah. Hampir empat jam aku dinyatakan koma. Hanya bisa menggerakkan beberapa anggota tubuh, tapi mataku terpejam rapat. Hari itu pula yang menggembirakan aku sudah sembuh dari gila. Gila memikirkan tanah warisan dan gila mendengar suara dini hari.
Satu persatu tetanggaku berdatangan. Memberi bantuan dan mengucapkan selamat atas kesembuhanku dari gila. Kecuali kakek berbaju putih yang dari tadi hanya berdiri mematung di sudut kamar. Ia tiba-tiba lenyap saat kuhampiri, sebuah jejak kaki dengan tanah sedikit berlumpur tertinggal, masih basah.
MALANG, 30 September 2020