"Dibawa kemana? Aku tak kenal siapa dirimu?"
"Kau tak perlu tahu siapa aku. Ikutlah denganku" ajak suara itu.
Tubuhku bergetar. Keluar keringat dingin. Pikiranku kalut. Kuyakinkan diri bahwa ini bukan malam terakhirku. Aku masih ingin melihat pagi. Aku masih ingin makan dan minum seperti biasa. Masih banyak permintaan yang belum terlaksana dalam hidupku.
"Apa kau malaikat?" tanyaku dengan bibir gemetar.
"Mengapa kau sangat ingin tahu diriku? bukankah setiap dini hari aku datang kesini?" balas suara itu.
"Aku tak mau kemana-mana. Aku ingin disini saja!" elakku.
"Sampai kapan kau disini? semua kehidupan punya waktu sendiri-sendiri. Waktumu sudah habis" suara itu kembali menegaskan.
"Aku ingin mendapatkan warisan rumah ini dulu. Aku anak lelaki pertama yang jatah warisannya paling besar. Katakan saja pada pengutusmu, tunda beberapa tahun lagi" paparku.
"Kau yakin rumah ini menjadi warisanmu? bukankah ayahmu telah mewakafkan untuk masjid?" kata suara itu.
"Aku tak mengerti maksudmu! Sebenarnya kau ini siapa?"
"Kau tak perlu tahu. Bersiaplah aku akan membawamu!" ujar suara itu mengulang.