Saat banjir begini, tikus-tikus berjemur di atas genteng. Tempat kering untuk memandang sekujur kota yang sedang berendam. Mereka masih percaya langit tidak separah mendung. Paling tidak masih ada kabel tempat bergantung.
Dari surat kabar yang dilumat air, mereka membaca tanda-tanda alam. Ada isyarat penting dalam hidup mereka, yaitu:Â
"Biarkan banjir rebahan beberapa saat, asalkan uang terus membasahi rekening bank."
Tak ada yang perlu disibukkan. Santai saja. Percayalah banjir akan cepat surut. Paling tidak saat malam minggu nanti. Waktu tepat menguras uang untuk meremehkan bencana. Hari libur biasanya banjir mengunjungi kekasihnya, dekat sungai dangkal yang dipenuhi kelakar.Â
"Hai, bukankah sekarang hari libur?" kata pemilik rumah. "Lalu mengapa tikus-tikus itu malah bertengger di atas genteng? mengapa tidak sekalian berenang saja, lihat anak-anak itu begitu bahagia jika banjir datang".
Nampaknya tikus-tikus itu tak menggubris. Mereka saling berbisik ketakutan. Jangankan berenang, susur sungai saja bisa mati. Kata orang, "Tikus itu matinya di jalanan beraspal. Jika jalan aspal berlubang, jangan salahkan tikusnya."
MALANG, 25 Februari 2020