Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Aksara-aksara Pesan yang Membeku

6 Desember 2019   16:39 Diperbarui: 7 Desember 2019   08:57 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tubuhku penuh lebam, bukan peristiwa
sedih yang menangkup hati, tapi aksara-aksara
yang datang dan pergi menerjangku.

Dari pagi hingga malam aksara-aksara itu menembus dadaku,
hidung, pundak, lengan kanan dan juga menyeret-seret kakiku.

Aku tak tahu siapa aksara-aksara itu, begitu kuat
menerobos zaman. Dia bukan bosku, juga bukan guruku,
apalagi walikota yang siaga saat hujan di persimpangan
banjir.

Aksara-aksara itu telah memenjara kedua mataku
pada gulita yang belum pernah kujumpai sebelumnya.
Kadang-kadang ia berkisah tentang berita palsu, mengajak
begadang serta duduk-duduk mengabaikan percakapan. 

Pernah suatu hari aksara-aksara itu kutangkap,
kusimpan dalam kotak penuh hantu, tapi ternyata
aku sendiri yang ketakutan. Jangan-jangan aksara-aksara
meninggalkanku dalam kamar.

Sampai kini, aksara-aksara terus berlarian kesana-kemari,
kecuali di sebuah tanah lapang yang dipenuhi regu tembak.

Disana aksara-aksara pesan terakhir telah membatu, siapa
peduli dan ambil hati. Sebab lukanya lebih parah dibanding
terjangan di tubuhku.


MALANG, 6 DESEMBER 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun