Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Terminal Bus yang Menyesali Cinta

2 Oktober 2019   17:54 Diperbarui: 2 Oktober 2019   21:24 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/salapasidou

Terminal bus semakin sepi.
Aku menjadi paham kini, mengapa
orang memilih pergi sendiri.

Kutelanjangi sudut berbau pesing
hingga pengamen tua yang gitarnya
dibuat bangku. Mereka sudah kabur
bersama musim kemarin.
Kepingan kenangannya dibiarkan
begitu saja, dikerubut lalat hijau.

Seandainya waktu itu aku
meminjam tubuhnya sehari saja,
kuantar kau di penghujung waktu
dengan bus sembrani, meninggalkan
kenangan di pagar terminal yang
berwarna karat.

Kini baru kusadari,
ternyata tubuhnya terlalu kecil,
sedangkan cintanya terlalu besar
untukmu. Aku pun menjadi menara
di terminal yang tak mampu bersuara
memberangkatkan cintamu dengannya.

Sejak itulah orang memilih pergi sendiri
sebab mereka berani hidup berdua, sedangkan
aku tidak kemana-mana bersama
terminal bus tua. 

MALANG, 3 SEPTEMBER 2019
Bagi penikmat puisi satire romansa seperti diatas, boleh juga membaca puisi ini sembari mendengarkan lagu Creep dari Radiohead. Aku tak menganjurkan, tapi aku juga enggan melarang, sebab kau sudah dewasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun