Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Serunya Mengeksplorasi Pakistan Lewat Buku "Journey Through Pakistan"

21 September 2022   14:12 Diperbarui: 25 September 2022   11:22 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu penduduk lokal yang ada di Boyun Valley. Sumber gambar FB Billy Backpacker

Saat melakukan perjalanan ke India untuk pertama kalinya di tahun 2015 lalu, saya sempat mengunjungi kota Amritsar yang rupanya berbatasan langsung dengan Pakistan. 

Di Attari Border, setiap hari dipertontonkan proses war ceremony. Yakni atraksi petugas keamanan yang memperlihatkan kebolehannya dalam baris berbaris.

Dari Attari Border, Pakistan terasa begitu dekat. Ibaratnya, tinggal melangkahkan kaki saja saya sudah berpindah negara. Namun, tentu saja tak sesederhana itu. Untuk berada di wilayah Pakistan saya tidak memiliki visa. 

Jadilah, dalam tempo hampir 2 jam, saya hanya dapat melihat segala macam keriuhan para pengunjung di tribune yang berjoget dan bernyanyi. Sedangkan dari sisi Pakistan sayup-sayup terdengar teriakan, "Allahu Akbar! Allahu Akbar!"

Sebagaimana yang kita ketahui, Pakistan dan India dulunya bersatu. Namun konflik agama memecahkan sehingga kini India dan Pakistan berpisah (ironisnya akibat perang sipil, sebagian wilayah timur Pakistan pun terpecah di tahun 1971 dan kini menjadi Bangladesh).

Keindahan Hopper Valley. Sumber gambar FB Billy Backpacker
Keindahan Hopper Valley. Sumber gambar FB Billy Backpacker

Stigma orang terhadap Pakistan terus terang tidak begitu bagus. Pakistan dikenal sebagai negara sarang teroris mengingat negara ini juga berbatasan langsung dengan Afghanistan dan beberapa kota di Pakistan pun pernah menjadi sarang ISIS atau Taliban. Sehingga, penculikan, pembunuhan hingga bom bunuh diri sudah menjadi makanan sehari-hari warganya.

Tak heran jika tak banyak wisatawan yang berani datang ke sana. Padahal, di sisi lain Pakistan juga dikenal dengan keindahan alamnya, keunikan budayanya dan keramahan orang-orangnya.

Nah, lewat buku Journey Through Pakistan karya Backpacker Nakal aka Billy inilah, saya berusaha untuk melihat sisi lain dari Pakistan dan mengenal negara ini jauh lebih dekat tanpa harus "terkurung" dengan stigma yang selama ini ada.

LIBURAN DIKAWAL POLISI

Idealnya, wisatawan yang ingin ke Pakistan dapat menjangkau negara ini lewat pintu masuk jalur udara di kota-kota besar seperti Karachi, Lahore atau Islamabad. 

Namun, Billy mencoba untuk masuk ke Pakistan lewat jalur darat dengan cara menembus perbatasan Iran menuju kota Quetta, Pakistan

Melewati jalan-jalan sepi dengan lanskap pegunungan dan jurang di sisi jalan, saya membayangkan jalur yang dilalui oleh Billy ini bak perjalanan saya dulu melintasi jalanan menuju Srinagar dari kota Jammu. Sama-sama memanjakan mata, namun di sisi lain bikin jantung berderu.

Aktivitas di kota Abbottabad.  Sumber gambar FB Billy Backpacker
Aktivitas di kota Abbottabad.  Sumber gambar FB Billy Backpacker
Billy harus melewati sekian banyak pos pemeriksaan dengan pertanyaan berulang. Namun, itu dapat dipahami sebab dilakukan demi keamanannya. 

Nah, yang saya suka, Pakistan sangat memuliakan tamu. Dan sebagai "tamu negara" Billy harus dijaga oleh setidak-tidaknya satu petugas bersenjata 24 jam bahkan saat ia tengah di kamar sekalipun.

Ia tak diperkenankan bahkan untuk keluar dari hotel. Makanya, saya tersenyum geli saat mendapati siasat Billy yang ingin berjalan di sekitaran kota Quetta dengan bilang ia butuh ke ATM untuk membayar penginapan.

Tadinya, ia pikir penjagaan cukup dilakukan oleh petugas yang mengawasinya itu. Namun, rupanya, petugas itu lebih dulu mengajak Billy ke pos penjagaan yang lebih besar untuk kemudian mendapatkan pengalawan personel yang lebih banyak.

Polisi yang mengawal Billy ke mana-mana. Sumber gambar FB Billy Backpacker
Polisi yang mengawal Billy ke mana-mana. Sumber gambar FB Billy Backpacker
"Satu polisi tidak cukup. Ini untuk keelamatanmu dan untuk kebaikan Pakistan. Kalau terjadi apa-apa denganmu, kau tahu seperti apa media internasional akan menyebarkan beritanya, dan wajah Pakistan akan semakin buruk di mata dunia." Hal.48.

Jadi ya, bagaimana negara ini dapat menerima lebih banyak kunjungan wisatawan kalau yang terdengar di luar adalah berita-berita yang bikin nyali orang kecut untuk mendatanginya, bukan? 

Dan hebatnya lagi, semua pengawalan itu tidak dikenakan biaya. Tak jarang malah Billy yang ditraktir sebab para petugas ini pun ingin memuliakan tamunya sebaik mungkin. Ahh, sungguh luar biasa.

SERBA-SERBI KEHIDUPAN DI PAKISTAN

Dengan buku setebal 470-an halaman jelas dari sisi penulis Billy punya keleluasaan untuk bercerita banyak hal seputar perjalanannya, tempat wisata dan tentu saja orang-orang lokal dengan segala macam keunikannya.

Di Pakistan, Billy cukup banyak kenal dan berinteraksi dengan orang-orang dari suku Pasthun. Etnis ini mengingatkan saya akan cerita Agustinus Wibowo dalam trilogi Selimut Debu-nya yang bercerita jika perempuan Pasthun sangat jarang terlihat di ruang publik. Jadi, mereka sepenuh-penuhnya berada di rumah. Untuk bekerja atau ke pasar semua dilakukan laki-laki.

Billy saat mengunjungi Passu Cone, Upper Hunza.Gilgit Baltistan, Pakistan. Sumber gambar FB Billy Backpacker
Billy saat mengunjungi Passu Cone, Upper Hunza.Gilgit Baltistan, Pakistan. Sumber gambar FB Billy Backpacker

Ironisnya, wanita pasthun pun banyak yang tidak bersekolah. Jangankan menempati posisi bagus di pekerjaan, kebanyakan ya buta huruf. 

Saat berkunjung ke kediaman etnis pasthun tak sekalipun Billy dapat bertemu untuk sekadar berterima kasih terhadap makanan yang sudah dibuat dan disajikan. 

Makanya, saat berada di kota lain di mana tuan rumah perempuan (entah itu istri, ibu atau saudara perempuan tuan rumah) menerima Billy dan bahkan berjabat tangan, situasinya terasa sedikit ganjil.

Bicara mengenai perempuan Pakistan kayaknya belum lengkap kalau saya tidak menyinggung tentang Malala Yousafzai. Malala yang di dunia internasional begitu disambut hangat, namun di negerinya sendiri Malala dianggap sebagai "pengkhianat". 

Tak jarang orang Pakistan menganggap Malala sebetulnya mata-mata India dan sengaja speak up untuk mempermalukan Pakistan. Makanya, hingga sekarang Malala memilih tinggal di Inggris sebab ia sudah sering mendapatkan ancaman pembunuhan jika kembali ke Pakistan.

Kisah ini cukup mengejutkan bagi saya sebagai pembaca. Walau begitu, ada banyak sisi menarik dan lucu dari kebiasaan orang Pakistan yang juga diceritakan Billy. 

Misalnya saja kebiasaan ngaret mereka yang lebih parah dari orang Indonesia. Betapa santainya orang-orang yang bekerja di kantor pemerintah sampai-sampai saya bacanya ikutan gemas.

Sumber gambar FB Billy Backpacker. Desain oleh Haryadi Yansyah
Sumber gambar FB Billy Backpacker. Desain oleh Haryadi Yansyah
Atau juga pria-prianya yang mengaku punya banyak pacar online orang Indonesia, pengalaman menonton bioskop yang "mengerikan", kisah-kisah undercover yang diceritakan apa adanya dan tentu saja destinasi-destinasi tak umum yang saat dibaca, biasanya saya akan berhenti sejenak untuk mengecek foto tempat-tempat itu di google hingga membuat keinginan saya mendatangi negeri cantik ini semakin kuat. Ya, mudah-mudahan nanti ada kesempatan dan rezekinya, ya!

Sungguh menyenangkan membaca buku Journey Through Pakistan ini. Ada banyak sekali insight yang saya dapatkan. Selain memang tak banyak buku yang mengangkat mengenai Pakistan. 

Bahasa yang ditulis pun sederhana, nggak njlelimet dan sering diselipi guyonan. Jika ada kekurangan, paling beberapa typo minor yang menurut saya tidak terlalu mengganggu keasyikan menyelami kisah-kisah di buku ini.

Skor 9,3/10

Penulis bagian dari Kompal
Penulis bagian dari Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun