Mohon tunggu...
Nikko Putro Trisnantoro
Nikko Putro Trisnantoro Mohon Tunggu... Freelancer - Baru lulus

Menulis opini terkait dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Luka Tim Nasional Sepak Bola Pakistan Tidak Kunjung Pulih

6 April 2024   18:31 Diperbarui: 13 April 2024   13:59 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor Federasi Sepakbola Pakistan (Foto PFF/ Facebook)

Jika mendengar Pakistan, akan tersirat di dalam pikiran kita yaitu olahraga cricket atau hockey. Namun apa jadinya ketika kita bergeser melihat kondisi sepak bola Pakistan.

Pakistan merupakan negara dengan populasi terpadat nomor 5 di dunia, namun dengan begitu tentu tidak mudah bagi Pakistan dalam mencari 11 pemain yang berkualitas untuk bertanding di lapangan hijau, bahkan kondisi sepak bola mereka cukup memprihatinkan dimana untuk sekarang mereka berada di posisi 195 di ranking FIFA saat ini. 

Pakistan Football Federation disingkat PFF juga memiliki kesamaan seperti Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia, mereka pernah di beri sanksi oleh FIFA dikarenakan inkompeten ketua PFF di tahun 2015 yaitu Faisal Saleh Hayat ditambah adanya korupsi didalam lembaga federasi tersebut.

Dibalik bencana itu semua, saat ini mereka sangat gencar untuk mencari pemain dengan heritage Pakistan yang tinggal di luar negeri, mereka berusaha struggle untuk membawa kultur sepak bola Eropa ke ranah Asia Selatan. Mereka berhasil menemukan talenta-talenta (Abdullah Iqbal, Otis Khan, dan lain-lain) yang berkarir di Eropa untuk bersedia bermain bersama Tim Nasional Pakistan, dimana mungkin negara tempat orang tua/kakek/nenek moyang mereka berasal.

Pada Hari Senin 1 April 2024, penulis berdiskusi dengan Ali Ahsan, selaku editor dari FootballPakistan.com untuk membahas tantangan yang dihadapakan oleh Tim Shaheen saat ini:

Buruknya federasi atau pemerintah dalam ikut membenahi struktur sepabola profesional Pakistan. Memiliki populasi yang menyentuh 240 juta manusia dengan jutaan para kaum muda yang menginginkan sepak bola sebagai jalur karirnya tentu tidak mudah. Tidak ada masa depan dalam menjadikan sepak bola sebagai karir secara profesional. Kebanyakan klub di seluruh Pakistan memiliki entitas amatir tanpa adanya struktur program pengembangan para pemuda di sepak bola. Kebanyakan, di Pakistan memiliki sedikit sekali pelatih berkualitas yang benar-benar menangani sepak bola modern dengan serius. Itulah mengapa sepak bola domestik negara Pakistan masih sangat tradisional dan tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negara negara Asia lainnya. Bayangkan nyaris sejak 2015, setelah terkena banned dari FIFA yang mengganggu aktivitas sepakbola negara. PFF tidak bisa menjalankan tugasnya yaitu dengan menjalankan liga profesional negara mereka sendiri yaitu Pakistan Premier Football League (PPFL). PFF juga tidak dapat mengkomersialkan liga negara mereka dan dengan demikian, pihak federasi hanya bergantung pada pendanaan FIFA-AFC hanya untuk menjalankan sepak bola di Pakistan. Akibatnya, banyak sekali komunitas regional Pakistan terpaksa menjalankan sepakbola mereka tanpa didanani oleh federasi.

Grassroots Pakistan tidak didukung infrastruktur yang layak. Zaman sekarang, grassroots sepakbola Pakistan memiliki prospek talenta sepakbola di masa depan yang sangat baik seperti munculnya Abdullah Iqbal, Harun Hamid, dan lain-lain. Namun mereka menghadapi masalah tersendiri saat bermain di kelompok usia umur, kurangnya pelatihan dan fasilitas yang layak yang diberikan kepada mereka dalam mengikuti perkembangan sepakbola dunia. Itulah mengapa, Tim Nasional Pakistan kelompok umur sangat sulit bersaing di kualifikasi dan nyaris tidak pernah sama sekali menang ketika bertanding di tahap kualifikasi AFC kelompok umur, bahkan sulit berprestasi di kancah sepakbola Regional Asia Selatan.

Naturalisasi sepakbola sebagai pegangan tanpa adanya struktur sepakbola domestik secara professional. Seperti yang kita tahu banyak sekali diaspora Pakistan yang tinggal di luar negeri, khususnya di Inggris, Denmark, Norwegia dan negara barat lainnya. Seiring dengan berjalannya waktu, tampaknya secara perlahan-lahan, anak-anak bahkan para pemuda pemudi yang tinggal di luar negeri dan memiliki heritage Pakistan, menjadikan sepakbola menjadi olahraga utama mereka sebagaimana negara tempat tinggal mereka juga mamiliki kultur sepakbola kuat di Benua Biru. akhirnya mereka menjadikan sepakbola sebagai mata pencaharian mereka dengan bermain sebagai pemain professional di klub-klub Benua Biru. Apapun tingkatan liga tersebut, sepastinya memiliki memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan liga domestik Pakistan, sebagai contoh Otis Khan yang menjadi tumpuan lini depan tim nasional Pakistan, meskipun dia bermain di kasta paling rendah di  English Football League. Terkait perihal naturalisasi pemain di Pakistan pun, banyak sekali terjadi pro kontra di kalangan masyarakat. Banyak juga sekali masyarakat yang menuntut dibutuhkan nya reformasi internal lembaga federasi seperti diadakannya liga domestik Pakistan, yang setidaknya menampilakan kualitas sepakbola yang bisa bersaing di tingkatan regional Asia Selatan.

Cricket masih menjadi primadona Masyarakat Pakistan. Kita tahu, apabila Asia Selatan memiliki kultur cricket yang sangat kuat, bahkan jika dilihat rivalitas antara Pakistan dengan India tidak hanya di dunia politik dan ekonomi, melainkan juga di dalam cricket. Ada beberapa macam alasan, dimana cricket menjadi olahraga paling populer disana ketimbang sepakbola. Pakistan di masa zaman kolonial British Raj, olahraga masih dianggap sebagai stereotype, dimana sepakbola dianggap sebagai "olahraga orang miskin" oleh para elitis petinggi pada masa itu, ditambah kesuksesan negara-negara Asia Selatan yang berhasil menang melawan negara kolonial (Australia dan Inggris). Meskipun sepakbola banyak sekali didukung dari berbagai komunitas (Baloch, Pashtun, dan lain-lain) dan juga region di Pakistan lainnya, namun dengan begitu tidak mudah bagi sepakbola Pakistan untuk berprestasi di kancah internasional, akibat dari lamanya sepakbola tidak dinaungi oleh federasi secara layak, kurangnya prestasi berskala level internasional, ditambah ter-obesinya media atau pemerintah kepada cricket sebagai pengikat suara politikus di Pakistan, tentu hal itu menjadikan popularitas sepakbola di Pakistan sangat sulit melewati olahraga cricket saat ini.

Secara garis besar, kombinasi dari seluruh masalah tata kelola, kendala keuangan, kurangnya infrastruktur, dan prestasi internasional yang terbatas telah berkontribusi menjadikan persepsi masyarakat terhadap PFF sebagai "organisasi buruk" dalam hal kemampuannya mengembangkan dan mempromosikan sepak bola di Pakistan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun