Secara bentuk rumah juga mirip dan di Desa Ende dan mereka juga melumuri lantainya dengan kotoran sapi/kerbau. Yang membedakan, di Desa Ende pengunjung dapat melihat atraksi Tarung Presean dan juga Gendang Beleq.
Presean merupakan tari pertarungan yang memperlihatkan pertarungan dua laki-laki bersenjatakan rotan dan tameng yang terbuat dari kulit kerbau. Selain dimaksudkan untuk meminta hujan, tarian/atraksi ini juga bertujuan untuk pembuktian akan ketangkasan, ketangguhan dan keberanian lelaki Suku Sasak. Keren, ya!
Dari Mata Turun ke Perut
Semua keindahan dan kenikmatan itu idealnya terjadi dari mata turun ke hati.
Namun, rasanya tak ada cara lain yang lebih menancap untuk menyenangkan hati selain dengan cara memanjakan perut. Betul, kan?
"Kudu nyobain Sate Rambige. Nggak ada obat!"
Itu komentar salah satu teman mengenai kuliner yang ada di Mandalika. Sebagai pecinta semua jenis sate, saya pribadi penasaran dengan sate yang diolah dengan bumbu khas Suku Sasak ini. Konon, rasanya pedas dengan sedikit rasa manis.
Uniknya, daging sapinya sudah lebih dulu diolah bersama bumbu sebelum dimasak. Sate Rambige ini juga makin lengkap dimakan dengan ketupat berbentuk kerucut. Sate lain yang juga khas di Lombok yakni Sate Bulayak. Bedanya, Sate Bulayak dimakan bersama lontong yang dimasak dengan bungkus daun aren.
Saya pecinta makanan pedas. Di Lombok, ada satu sambal khas yakni Sambal Beberuk Terung yang juga menggugah rasa penasaran. Sepertinya cocok dimakan bersama Nasi Balap Payung, Ayam Rarang, Ayam Taliwang, Plecing Kangung dan Sayur Ares.
Nah, kalau mau makanan yang berkuah, tentu saja Soto Mandalika dapat dijadikan pilihan. Slrupp!