Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Belajar Lebih Peduli terhadap Bumi dari Sebuah Perjalanan

23 Oktober 2021   16:24 Diperbarui: 24 Oktober 2021   09:55 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan sampah saja sudah jadi satu masalah, apalagi yang dibakar seperti ini. Sumber gambar: intelligentliving.co

Makanya, begitu pulang ke rumah, saya berusaha untuk sebisa mungkin mengurangi timbunan sampah dengan berbelanja lebih efektif dan efisien. Keluarga di rumah pun tak lelah saya ingati soal ini. Jika bukan kita yang memulai, siapa lagi?

SEMUA BELUM CUKUP

Saya rasa, semua negara di dunia tengah berjuang untuk mencapai target Net-Zero Emissions (NZE) tak terkecuali Indonesia yang meluncurkan berbagai kebijakan pembangunan rendah karbon di berbagai sektor.

Misalnya saja efisiensi energi, pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), penerapan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) serta Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) yang ditargetkan tercapai selambatnya tahun 2060.

Kita semua berperan penting menyukseskan progam NZE itu. Sebagian orang bergerak secara masif dan luas. Namun, bagi masyarakat biasa kayak saya ini, maksimalkan apa yang bisa dilakukan dimulai dari diri sendiri dan keluarga di rumah.

Selain 3 poin di atas, upaya-upaya kecil lain sesederhana rutin membawa air minum dan bekal dari rumah pun dapat dilakukan. Jika pun harus jajan, bisa dengan cara membawa wadah sendiri dan menolak sendok dan sedotan plastik.


Sebagai pekerja swasta, untungnya penggunaan kertas untuk dicetak (printing) tidak sekencang saat saya dulu kerja di perusahaan. Kalau butuh informasi/data dsb, cukup dilihat dari komputer sebab jika dicetak, dalam selembar kertas itu terdapat 226,8 gram CO2! Gak kebayang jumlah CO2 yang ada pada satu buku, bukan?

Untuk saya yang doyan baca buku, ini sangat sulit. Saya harus mencoba beralih dari buku cetak ke buku elektronik demi upaya mengurangi emisi karbon ini. Semua butuh proses. Tidak menutup kemungkinan nanti saya beralih juga menggunakan motor listrik yang jelas lebih ramah lingkungan ketimbang motor sekarang yang masih menggunakan BBM.

Di saat pandemi seperti sekarang, melakukan perjalanan masih jadi satu hal yang sulit dan mahal. Besar harapan saya pandemi ini segera berlalu dan kehidupan dapat kembali normal seutuhnya. Sebab apa? Seperti yang saya singgung sebelumnya, pandemi juga berdampak besar bagi emisi karbon.

Gambaran emisi karbon. Sumber mysmumn.org
Gambaran emisi karbon. Sumber mysmumn.org

Orang lebih banyak beraktifitas di rumah sehingga lampu dan pendingin ruangan terus menyala terlebih dicuaca panas seperti sekarang. Orang juga lebih konsumtif, cenderung lebih sering memesan makanan dari luar yang mana menggunakan kemasan plastik yang berlebih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun