Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Belajar Lebih Peduli terhadap Bumi dari Sebuah Perjalanan

23 Oktober 2021   16:24 Diperbarui: 24 Oktober 2021   09:55 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan sampah saja sudah jadi satu masalah, apalagi yang dibakar seperti ini. Sumber gambar: intelligentliving.co

Di rumah host, lampu di ruangan tertentu dinyalakan hanya jika akan digunakan. Sebagian besar dari mereka juga menggunakan lampu hemat listrik dan menggunakan sensor. Jadi, lampu itu akan menyala jika ada orang dan akan padam sendirinya jika ruangan kosong.

Di Indonesia sendiri ketersediaan listrik belum sepenuhnya merata. Jika pun ada, tidak semua daerah listriknya mengalir penuh. Saat mengunjungi Kabupaten Pesisir Barat di Lampung, saya kaget ternyata di sana listrik hanya ada hingga pukul 10 malam.

Setelah itu? Mati total. Hanya penginapan yang memiliki generator yang bisa mengaliri listrik ke kamar-kamar tamu. Nah, hal ini menjadi timpang sebab sebagian kota besar terasa boros sekali dalam penggunaan listriknya.

Lampu-lampu tetap mengalir terang dari gedung-gedung perkantoran yang mungkin saja sebagian besar pegawainya sudah pulang. Pun dengan rumah-rumah gedongan yang demi estetika dan keindahan akan melakukan hal yang sama. Boros listriknya.

Ganbaran konsumsi energi di Indonesia, termasuk energi listril. Sumber katadata.co.id
Ganbaran konsumsi energi di Indonesia, termasuk energi listril. Sumber katadata.co.id

Padahal, berhemat satu lampu atau dari satu alat elektronik itu sangat berpengaruh terhadap tingkat emisi karbondioksida (CO2) dari sektor kelistrikan. Lembaga Think-tank Lingkungan merilis, ironisnya, selama pandemi, tingkat emisi karbon telah melampuai level sebelum pandemi seiring melonjaknya permintaan listrik global menjadi 5% lebih tinggi.

Penggunaan listrik sebagai penerangan, menggerakkan atau menyalakan perangkat pribadi (notebook, HP, PDA dsb) dapat memproduksi emisi CO2 yang bersumber dari pembakaran bahan bakar fossil di pembangkit listrik. Untuk setiap penggunaan lampu berdaya 10 watt yang dinyalakan selama 1 jam saja misalnya, CO2 yang dihasilkan ialah 9,51 gram!

Apa dampak lain jika emisi global tidak dikurangi? Ilmuwan dari Intergovernmental Panel on Climate Change memperingatkan bahwa suhu rata-rata global kemungkinan akan melewati ambang batas 1,5 derajat celcius dalam 20 tahun!

Pemanasan global semakin mengancam kehidupan kita semua!

MEMPRODUKSI BAHAN MAKANAN SENDIRI

Saat saya berkesempatan mengunjungi kota Tidore di Maluku Utara, saya takjub melihat penduduknya yang memanfaatkan lahan untuk diolah menjadi perkebunan.

"Jadi ya, sehari-hari kami makan hasil kebun. Kalau mau makan ikan, tinggal memancing," ujar salah satu penduduk Desa Gurabunga yang saya jumpai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun