Melalui tayangan Insta-story di aplikasi Instagram, beberapa waktu lalu, seorang teman membagikan pengalaman tak mengenakkan yang ia rasakan saat dibangunkan sahur oleh orang lain. "Loh, mestinya bagus dong dibangunin biar gak kesiangan?" begitu mungkin pikir kalian.
Ya, saya sendiri menyadari bahwa (bisa jadi) niat orang tersebut membangunkan sahur adalah baik. Namun, sayangnya tidak dilakukan dengan cara-cara yang baik pula dimana orang tersebut memanfaatkan fasilitas pengeras suara/speaker masjid untuk membangunkan warga dengan cara : menyanyi.
Yup! Dia menyanyi jam 2 pagi dengan suara yang... jujur saya saat saya mendengar langsung suara yang direkam di insta-story jam 2 pagi itu, ingin rasanya saya berkata kasar hehe.
Gunakan Speaker Masjid dengan Bijak
Tak lama, saya menemukan sebuah meme yang lantas saya unggah ulang di facebook. Sebagai pengantar, pengalaman tak menyenangkan teman saya itu, saya tulis ulang secara singkat. Sebetulnya, sejak awal saya agak deg-degan mempostingnya. Secara ya, netizen zaman now ini kan sadis-sadis kalau berkomentar hehehe.
Yang mengejutkan, komentar dari teman-teman muslim (yang tersebar di banyak kota) pun senada. Pada intinya, mereka menyayangkan jika ada penggunaan pelantang masjid yang digunakan tidak dengan cara proporsional.
Jangankan untuk waktu khusus seperti sahur, beberapa juga menyoroti penggunaan speaker di luar jam ibadah. Bahkan ada yang membandingkan kondisi itu dengan yang ada di negara Islam lain di luar negeri.
Padahal, hari gini ya nggak susah-susah banget buat bangun. Orang yang jual alarm masih juga tetap eksis. Lagipula gawai yang kita miliki dapat digunakan sebagai alarm. Kedua, waktu yang tepat untuk bangun sahur masing-masing keluarga itu berbeda.
Ada yang idealnya butuh waktu lebih cepat bangun karena harus masak dulu. Jadi dibangunkan pukul 2 subuh juga hayo aja. Di keluarga lain, dengan waktu imsya yang rata-rata pukul 04:30, maka (di)bangun(kan) pukul 3:30 atau bahkan pukul 4 pagi juga masih cukup karena makanan sudah siap dan tinggal dipanaskan saja.
Terlebih lagi, ternyata sudah ada peraturan yang jelas tentang penggunaan speaker masjid ini, loh! Coba cek meme yang satu ini.
Dulu, saat saya masih kecil, ada sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh remaja kampung untuk membangunkan warga. Yakni dengan menggunakan pentungan yang dipukul-pukul ke tiang listrik sambil berteriak, "sahuuuuuur.... sahuuuuur." Sebagian lagi mengiringi teriakan itu dengan bunyi-bunyi yang berasal dari panci atau kuali bekas.
Tapi hal itu tidak berlangsung lama karena para warga protes orang-orang ini membangunkan sahur di waktu yang tidak tepat. "Jam 2 kurang udah ngebanunin, sih!" ujar ibu saya dulu. Ya emang terlalu dini sih. Alih-alih kebangun sahur, jika tertidur lagi pasca dibangunkan (karena masih lebih lama) maka jadinya antiklimaks, kan?
Memang, sih, "tradisi" membangunkan sahur ini sesungguhnya sudah ada bahkan sejak zaman ketika Rasulullah masih hidup. Saat itu, rasul meminta Bilal bin Rabah untuk berazan untuk membangunkan masyarakat.
Kebiasaan unik membangunkan sahur di masa lalu juga terjadi pada tahun 865 H di Kairo, Mesir saat penguasa DInasti Mamluk, Khasyqadam tengah menjajal meriam baru. Jadilah, meriam itu digunakan sebagai penanda saat sahur dan berbuka.
Nah, dulu juga, saya ingat di Palembang akan terdengar suara bel panjang untuk menandakan waktu imsya sudah masuk. Tapi ya sebatas penanda waktu imsya saja. Sekarang sudah tidak ada lagi.
Stop Membangunkan Orang Lain untuk Sahur
Sekali lagi, zaman sudah berubah. Menurut saya, sudah tidak perlu lagi membangunkan orang lain untuk sahur JIKA dilakukan dengan cara-cara yang malah bikin masyarakat sebal.
"Saya biasanya sahur jam 12 malam atau jam 1 pagi, Yan. Nah baru bangun ketika akan subuh saja untuk minum," ujar Hans, salah satu teman saja.
Nah, orang seperti Hans ini adalah salah satu contoh orang yang tidak membutuhkan "fasilitas" ngebangunin sahur, kan? Gak kebayang jika jam 2-an dia harus terbangun karena ada orang yang berteriak, "Hans, bangun Hans, woii, stop dulu ngilernya," dari speaker masjid.
Jadi kalau gak terdengar aktifitas memasak di rumah belakang, ibu saya akan dengan enteng berteriak, "Dik sahur!" begitupun sebaliknya. Tapi ya ini pun udah sangat jarang karena teknologi membuat semuanya jadi mudah sekarang, toh! Dengan alarm hape aja orang akan dengan mudah terbangun untuk sahur.
Nah itu pendapat saya tentang orang yang membangunkan sahur. Menurut kalian, masih diperlukan nggak sih orang-orang seperti itu?
- "Yoga di Saat Sahur, Eh Bukannya Yoga Itu Diharamkan?"
- HL : 5 Alasan untuk Menolak Ajakan Buka Bersama
- Gagal Menangis di Masjid Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
- HL : Kocaknya Memperkenalkan Ibadah Puasa ke Seorang Bule
- Cara Jomblo "Merayakan" Romantisme Ramadan
- Jangan Jadi Muslim Cemen! Stop Aksi "Sweeping" Rumah Makan Saat Ramadan
- Ada (Banyak) Cinta di Meja Makan
- Jangan Lakukan 5 Hal Ini Saat Berbelanja di Pasar Beduk
- Seberapa Boros Sih Seorang Jomlo Selama Ramadan?
- Pengalaman Hidup dari Si Tukang Pijat Mualaf
- [Cerpen Anak] Ketika Ara Mogok Puasa
- HL : Tren "OOTD" di Sosial Media. Bagi-bagi Inspirasi atau Cari Sensasi?
- Dibuat Tak Berdaya oleh Es Kacang Merah
- Dari Ngupil Hingga Keluar Cairan "Precum", Ini Dia Beberapa Mitos Seputar Puasa Ramadan
- Ini Nih Serunya Puasa Ramadan Anak Generasi 90-an