Pertama, megalomania adalah musuh sosial, bukan sekadar gangguan kepribadian. Ia merusak jaringan kepercayaan, membunuh ruang dialog, dan menjauhkan keputusan dari kebutuhan nyata. Kedua, tone deaf mempercepat kerusakan itu, setiap kata yang salah dapat (segera) menjadi bensin yang menyulut api ketidakpuasan. Terakhir, situasi panas di Indonesia hari ini adalah alarm keras.Â
Demonstrasi hanyalah gejala, bukan penyakit. Penyakit sebenarnya adalah megalomania yang bercokol di lingkar kekuasaan, dipadukan dengan komunikasi tone deaf yang membuat rakyat merasa tak dihargai. Jika dibiarkan, kombinasi keduanya bisa menyeret bangsa ini pada jurang krisis kepercayaan yang lebih dalam. Karena kekuasaan tanpa empati hanyalah ilusi, bayang-bayang rapuh yang cepat runtuh saat diuji kenyataan.
Pada akhirnya, sejarah selalu punya cara untuk mengingatkan, tidak ada (megalomania) yang abadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI