Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kitorang dan Minyak Tanah

30 Oktober 2020   02:35 Diperbarui: 30 Oktober 2020   16:49 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warga antre minyak tanah| Sumber: Kompas.com/Megandika

Pukul tiga sore hari, tempat penyaluran minyak tanah biasanya sudah ramai. Walaupun belum ada petugas. Mereka menaruh jeriken-jeriken terlebih dahulu agar bisa pulang lebih awal. 

Jeriken baik ukuran 25 liter hingga 5 liter dijejerkan secara teratur. Uniknya, walaupun banyaknya jeriken tapi tak ada satupun yang tertukar. Hal itu dibedakan berdasarkan nama atau tali rafia yang diikat ke gagang jeriken. 

Barulah pada pukul empat sore, proses penyaluran dimulai. Lokasi penyaluran tentu saja ramai. Sambil menunggu masyarakat biasanya mengisi waktu dengan mengobrol atau bersapa satu dengan yang lain. Apalagi yang jarang ketemu karena kesibukan masing-masing. 

Satu demi satu jeriken diisi sesuai jumlah keluarga yang terdata dan tercatat. Setiap selesai, kartu tersebut ditandatangani petugas. Kegiatan ini biasa berlangsung satu sampai satu setengah jam.

Pelajaran dalam kegiatan ini yakni saling tolong menolong. Biasanya para orang tua didahulukan. Selain itu, jeriken milik warga yang sudah terisi penuh dengan sukarela diantar oleh anak-anak atau warga yang datang membawa kendaraan tanpa meminta bayaran.

Tak jarang saya menemukan bahwa warga yang kekurangan uang juga sering dibantu oleh warga lain tanpa pamrih. Apalagi mereka yang benar-benar dari ekonomi lemah.

Jika ada salah satu warga yang tak datang, terutama bagi keluarga yang tak mampu, maka warga dan petugas sudah mengetahui apa sebabnya. Insiatif dilakukan untuk membantu. 

Biasanya setelah pengukuran, petugas dan warga patungan dan mengantar langsung minyak tanah tersebut ke rumah. Sungguh pelajaran yang sangat bernilai. Bahwa saling menolong tidaklah berat. Kita hanya perlu sedikit membuka hati.

Selama beberapa tahun penyaluran BBM subsidi terutama minyak tanah di Kota Ternate terus berjalan. Tetapi di daerah lain, kadang terjadi 2 bulan sekali. Hal ini karena akses dan fasilitas semisal Pertamina belum tersebar secara merata dan hanya mengandalkan para agen yang kadang menaikan harga guna mengambil keuntungan pribadi.

Di desa-desa terpencil kayu bakar menjadi alternatif dan pilihan utama jika tidak mendapatkan minyak tanah. 

Terima Kasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun