Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajarlah Bergotong-royong pada Petani Kopra

31 Oktober 2017   17:00 Diperbarui: 31 Oktober 2017   18:31 3003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelapa yang menggunung | Dok. Pribadi

Indentitas dan kebesaran bangsa Indonesia adalah Pancasila yang terkandung di dalamnya nilai-nilai gotong royong. Kita telah banyak memberikan pelajaran-pelajaran berharga bagi negara lain, tentang ramahnya orang Indonesia. Manisnya senyum orang Indonesia dan budaya gotong royong masyarakatnya.

Budaya ini sepatutnya dijaga dan dikembangkan dengan melakukan prektek-prektek di kehidupan sehari-hari. Apalagi dengan giatnya kekuatan teknologi yang berbungkus globalisasi saat ini. Jika praktek-prekatek gotong royong tidak diamanatkan maka hanya akan memecah budaya toleransi di kehidupan masyarakat.

Lajunya arus globalisasi yang membawa serta budaya-budaya luar justru semakin menyempitkan kekuatan gotong royong.

Di kota-kota besar, saya sudah sangat jarang menemukan budaya demikian ini dipraktikkan. Apa sebabnya? karena, setiap orang terlalu nyaman dalam hidupnya untuk tergerak bekerja sama. ataupun, karena tidak ada lagi lahan budaya pada yang disemai. Namun, kondisi perkotaan berbanding terbalik dengan pedesaan.

Di mana, gotong royong masih melekat erat pada keseharian mereka. Walaupun, sudah sedikit terkikis. Penduduk desa yang notabenenya adalah petani  dan nelayan tetap erat menjaga toleransi. masyarakat pedesaan selalu menerapkan keharmonisan dalam bermasyarakat. Di saat perhelatan acara keagaamaan, masyarakat pasti berbondong-bondong untuk turut terlibat walaupun hanya dengan pekerjaan-pekerjaan ringan.

Keadaan gotong royong juga dipraktikkan dalam bertani. Seperti halnya petani perkebunan kelapa. Dalam beberapa kali perjalanan, saya selalu menyempatkan diri untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petani. Bahkan, jika dirasa mengasyikan saya memutuskan untuk menginap sampai berbulan-bulan lamanya. 

Selain sebagai pengalaman, saya juga menggangap kegiatan seperti ini kritik atas kehidupan yang saya jalani di perkotaan.

Sebagai komoditas perkebunan rakyat, kelapa menjadi mata pencaharian utama di Maluku Utara. Selain dari, pala dan cengkih. Komoditas yang semakin hari semakin turun maginnya ketimbang nilai ekonomisnya ini banyak diusahakan. Ya mungkin karena kurangnya kebijakan serius dari pemerintah mengembangkan perkebunan ini. Ukuran kesejateraan petani perkebunan kelapa juga merupakan masalah serius yang harus disikapi. Minimal naikanlah harga kopra.
***
Perjalanan, saya mulai dari Kabupaten Halmahera Selatan memantapkan saya untuk tinggal selama sebulan dan mempelajari budaya - budaya mereka. Sebenarnya, tujuan awal saya kesini hanya ingin memuaskan naluri memancing .

Setelah seminggu di desa Mateketen, atau lebih dikenal dengan Pulau kenari. Saya berusaha membaur ikut terlibat dalam keseharian mereka. Maka karena bertepatan dengan musim produksi kelapa, tujuan melibatkan diri menjadi semakin mantap. 

Dari sini pula saya menemukan praktik gotong royong petani. Gotong royong yang di lakukan petani bertujuan untuk menekan biaya produksi yang tinggi jika dikerjakan seorang diri. Dengan menggunakan sistem yang dinamakan "Babari"

Saat petani kelapa mulai melakukan kegiatan produksi. Pertama-tama, petani biasanya memanjat pohon kelapa tanpa pengaman. Dalam sehari petani yang berpengalaman hanya bisa memanjat 20 sampai 30 pohon. tetapi untuk pemula biasanya hanya bisa mencapai 15-20 pohon. dan, itu dilakukan dengan bantuan keluarga biasanya oleh anak ataupun sistem sewa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun