Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Prinsip Gotong Royong

19 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 19 Maret 2024   06:32 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.youtube.com/watch?app=desktop&v=cLuhlBjlvTM

Jauh sebelum masyarakat modern kenal dengan istilah win-win theory, bapak bangsa kita Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, telah menggaungkan Gotong Royong, sungguh luar biasa pemikiran beliau. Semuanya digali dari kebijakan yang disebut kuno, tetapi berlaku sepanjang masa; tidak lekang oleh waktu.

Gotong Royong adalah implikasi dari Serat Niti Sastra yang diupayakan agar bisa diaktualisasikan oleh Anand Krishna dalam bukunya dengan judul : 'Ancient Wisdom for Modern Leaders'

Singa menjaga hutan, dan dijaga oleh hutan. Perselisihan antara mereka merugikan keduanya.

Hutan tanpa penjaga dirusak manusia, singa di luar hutan pun diburu manusia.

Gotong Royong membutuhkan keikhlasan dam merayakan kemenangan orang lain sebagaimana kita merayakan kemenangan diri. Gotong-royong timbul dari kesadaran bahwa kita tidak hidup sendiri. Gotong-royong menuntut pengorbanan dan kesabaran  untuk memenangkan orang lain. 

Hidup bergotong-royong berarti kita sadar bahwa segala sesuatu yang terjadi dengan lingkungan atau mesyarakat sekitar kita, akan mempengaruhi kita bersama. Contoh yang sangat jelas dan mudah. Bila ada tetangga yang terkena penyekit menular, jelas kita harus segera membantu dengan membawanya ke dokter. Karena bila tidak, kita da keluarga serca kerabau di lingkungan mengalami penyakit menular. Oleh sebab itu, kita harus saling mengisi dan membantu dalam segala hal sehingga bisa membentuk masyarakat yang mandiri dan kuat. Dengan kata lain, kita betul-betul tidak bisa hidup sendiri saja. 

Gotong-royong menjadi sebuah keniscayaan bila kita sadar bahwa sumber segala kehidupan adalah Tuhan. Kita semua dipersatukan oleh dzat Hyang Maha Hidup. Sesungguhnya kita tidak terpisahkan. 

Mari kita renungkan bersama....

Mungkinkah kita menolak hembusan napas dari si A atau B atau Z?

Ketika si A menghembuskan napas, mau tidak mau kita akan menghirup udara yang dikeluarkan oleh teman kita. Demikian juga sebaliknya. Udara yang kita hirup masuk dan menyatu dalam darah kita. Darah beredar ke seluruh tubuh dan membentuk atau menghidup sel kita. Konon jumlah sel dalam tubuh kita ada 37 - 40 triliun.

Kita hidup saling bergantung. Tidak mungkin bila kita unggul dalam suatu bisnis atau perdagangan bila si pembeli barana dagangan kita terpuruk jatuh miskin karena ulah kita. Dengan kata lain, pembeli senang karena barang yang kita jual bagus/baik, maka dia pun akan kembali. Bagaikan singa dan hutan yang saling menjaga sehingga tercipta kelestarian. Prinsip saling membantu dan berkorban menjadi dasar kehidupan kita. Ketika saling menjatuhkan, maka yang terjadi adalah kehancuran. Saling mengisi dan melengkapi membuat hidup menjadi indah. Bagaikan taman bunga, bila hanya satu warna, sungguh membosankan pandangan kita.

Inilah taman sari kehidupan yang harmonis bisa terwujud bila kita saling berbagi. Sungguh selaras dengan pesan seorang nabi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun