Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajarlah Bergotong-royong pada Petani Kopra

31 Oktober 2017   17:00 Diperbarui: 31 Oktober 2017   18:31 3003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelapa yang menggunung | Dok. Pribadi

Sebagian petani sebenarnya juga menanamkan praktik "babari "di proses ini yakni petani dapat mengajak 2 atau 3 orang untuk sama-sama memanjat agar cepat. bayarannya adalah dengan melakukan hal yang sama sehingga, dalam seminggu kelapa yang dipanjat selesai.

Prose pengumpulan menuju pembelahan | Dok. Pribadi
Prose pengumpulan menuju pembelahan | Dok. Pribadi
Setelah itu, mereka melakukan kegiatan mengumpulkan biji kelapa yang berserakan di mana-mana. Bisa dibayangkan ratusan pohon kelapa dengan ribuan biji kelapa berserakan seperti mengumpulkan pasir yang berserakan satu demi satu. Kegiatan dilanjutkan dengan proses pembelahan dan mengeluarkan isi kelapa.

Pembelahan dan mengeluarkan isi kelapa | Dok. Pribadi
Pembelahan dan mengeluarkan isi kelapa | Dok. Pribadi
Bentuk paling kuat dari kegiatan "babari" pada proses ini. Kegiatan ini dilakukan oleh sekitar 10-15 orang serta wajib hukumnya si petani yang mempunyai hajat  untuk menyediakan makan siang dan minum teh sore. 

Setiap petani yang datang bergabung dalam kerjasama ini membawa alat, di Maluku Utara dinamakan "Liwet" yang dibeli dari pedagang ataupun dibuat sendiri. Saya sebagai tamu dadakan bertugas memberikan kelapa yang jauh kepada mereka.

Jika ada yang tidak datang sedangkan, si petani yang punya hajat sudah melakukan kegiatan yang sama. Maka akan dihitung hutang kerja dan akan dibayarkan pada kegiatan-kegiatan lain yang berbobot sama.

Biasanya kegiatan dilakukan 3-4 hari. Tergantung seberapa cepat seseorang membela dan yang mengeluarkan. Biasanya ada jagoan-jagoan. Atau yang memiliki tempo paling cepat, misalnya dalam satu menit dia bisa mengorek 6 buah kelapa. Dibandingkan dengan orang yang ber-skill biasa dalam satu menit hanya tiga buah kelapa.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Petani yang memiliki kecepatan membelah dan mengeluarkan isi kelapa yang banyak akan selesai cepat dalam tempo 1-2 hari. Sehingga, akan ada semangat yang membara jika, orang-orang seperti ini turut hadir.

Selain kaum papa, biasanya bantuan juga datang dari anak sekolah dan kaum mama. Sehingga proses ini menjadi riuh dan sangat ramai. Bahkan mereka sesekali menyetel lagu (togal) lagu daerah suku makian, berpantun serta bercerita nostalgia masa muda kaum papa sebagai penyemangat.

Proses berikutnya adalah melakukan pengasapan. biasanya hanya para keluarga yang turut dalam kegiatan ini. Untuk kegiatan seperti ini memakan waktu 4-6 malam. Kegiatan produksi ini dilakukan malam hari sampai pagi hari karena  mempertimbangkan kekuatan angin.

Angin yang terlalu kencang akan membuat kelapa yang diasah menjadi "Kopra" menjadi tidak masak. sedangkan angin yang terlalu lambat juga harus dibarengi dengan melakukan penyiraman terhadap tungku agar api hanya menjadi bara dan tidak menyala. Jika menyala maka berakibat pada hangusnya " kopra".

Proses memilah setelah proses pengasapan menjadi pekerjaan yang paling berat. karena harus memilih antara yang sudah masak dengan yang belum masak. Dipisahkan satu demi satu dan dituang dalam karung. Proses ini juga melibatkan gotong royong, agar cepat dalam proses memilah. Sampai pada proses pemsaran, atau mengeluarkan kelapa "Kopra" dari kebun ke pengepul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun