Mohon tunggu...
Ody Dwicahyo
Ody Dwicahyo Mohon Tunggu... Sejarawan - Konsul Kehormatan Republik Indonesia untuk Zootopia

Konsul Kehormatan Republik Indonesia untuk Zootopia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bakteri dan Kecamuk Revolusi: Rapat Menculik Petinggi di Laboratorium Bakteriologi

25 Maret 2020   06:21 Diperbarui: 25 Maret 2020   07:03 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang laboran bumiputera, Raden Mas Korantil yang bekerja pada Eijkman Instituut. Ca. Tahun 1929. Sumber: Koleksi Tropenmuseum.

Hal ini diamini oleh Petrik Matanasi dalam artikel "Pemuda Kiri Mendesak Proklamasi" yang dimuat oleh Tirto. Namun, Petrik mengungkapkannya dengan cara yang sedikit berbeda yaitu "..belakang areal Laboratorium Bakteriologi". Susanto Zuhdi dalam "Membangun Kembali Rumah Soekarno" menyebut bahwa rapat diadakan "di salah satu ruang Laboratorium Bakteriologi". 

Banyak tulisan lain dengan rancu menuliskan bahwa rapat diadakan di laboratorium bakteriologi. Meskipun dapat memberikan impresi bahwa rapat tersebut diadakan di dalam fasilitas pengujian ilmiah namun lebih memungkinkan jika lokasi yang dimaksud adalah Laboratorium Bakteriologi Wilhelmina secara keseluruhan.

Dua laboran bumiputera pada Institut Wilhelmina, Warsa dan Soeardiman Ca. 1939. Sumber: Tropenmuseum.
Dua laboran bumiputera pada Institut Wilhelmina, Warsa dan Soeardiman Ca. 1939. Sumber: Tropenmuseum.
Mengapa rapat ini memilih sebuah laboratorium bakteriologi sebagai tempat bertemu? Terdapat dua alasan yang paling memungkinkan untuk menjelaskannya. 

Pertama, lokasi gedung ini sangat dekat dengan tempat tinggal basis pemuda yang mendukung rencana penculikan Soekarno dan Hatta yaitu Asrama Menteng Raya 31, Asrama Prapatan 103, dengan mereka yang berafiliasi dengan Institut Bakteriologi Wilhelmina sebagai tuan rumah. Selain itu, Laboratorium ini sangat dekat dengan kediaman Soekarno di Pegangsaan Timur no. 56. 

Kedua, seperti telah diungkapkan sebelumnya, terdapat hadirin rapat yang berafiliasi dengan Institut Wilhelmina. Menurut Suhartono Wiryopranoto dalam Kaigun, Angkatan Laut Jepang Penentu Krisis Proklamasi, Djohar Nur dan Darwis, dua hadirin dalam rapat tersebut, berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran. Maka, kemungkinan besar, mereka berdualah yang dianggap Toetie Kakiailatu sebagai Kelompok Laboratorium Bakteriologi Wilhelmina.

Meski diadakan di sebuah lembaga bakteriologi, tidak satupun keputusan rapat ini menyinggung organisme tanpa membran inti sel sebagai fokus studi dari lembaga tersebut. 

Rapat yang diadakan pada 15 Agustus 1945 setelah para pemuda mendengar berita penyerahan Jepang terhadap sekutu di Perang Dunia II itu ditutup dengan keputusan untuk menuntut Soekarno agar mengumumkan kemerdekaan Indonesia. 

Kita sama-sama tahu bahwa kemudian Soekarno menolak dan mendorong golongan muda untuk membawanya ke Rengasdengklok, Karawang. Harapan saya sih sederhana, semoga sejak rapat hingga proklamasi dibacakan, mereka tidak lupa cuci tangan!

Catatan Akhir:

[1] cnnindonesia.com

[1] De Indische Courant, 6-7-1926. Hlm. 2. Perubahan nama menjadi Eijkman Instituut terjadi pada tahun 1939 untuk menghormati salah satu direktur dari lembaga ini yaitu, Christiaan Eijkman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun