Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Cantik dengan Cinta Bersayap (2)

14 Juni 2025   06:50 Diperbarui: 14 Juni 2025   07:09 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

#cerpenRoman

Perempuan Cantik Dengan Cinta Bersayap (2)
DN Sarjana

"Indah sekali ya? Patung-patung unik dihiasi lampu. Bali memang indah sekali."

        "Benar indah. Tuuh.., ada yang cantik!"
Kata nyoman coba memancing. Ia ingin menunggu reaksi dari Aanola, gadis yang mulai dia kagumi. Gadis negeri timor. Memang seperti blasteran eropa dan asli timor. Kulit tidak terlalu putih tapi terlihat bening. Rambut ikal dan bulu mata lentik. Belum sorot mata bulat menggoda. Bodi tinggi semampai. Sudah sempurna menurut Nyoman.

        "Iya, saya lihat. Luar biasa pematungnya. Sangat cantik. Kayak manusia hidup saja." Jawab Aanola sambil senyum.

Ada keinginan Nyoman menggoda Aanola. Tapi dia menahan diri. Dari kebiasaan percakapan rupanya dia tak bisa diajak bercanda terlalu dalam. Takut nanti ada ketersinggungan. Terpaksa kata candaan yang ingin diucapkan disimpan dalam hati.

Seiring waktu mentari merindukan dirinya merebah di kaki langit. Terlihat langit makin gelap diselimuti temaram warna jingga. Kerlip lampu semakin banyak menampakan diri. Sayup-sayup suara musik terdengar di banyak tempat. Pengunjung yang tidak memasuki cape dan club malam mulai meninggalkan tempat itu.

        "Nyoman, kita pulang yuk. Ini sudah pukul 5 sore. Aku takut kalau tuan rumah nanti marah." Pinta Aanola dengan sedikit nada memelas.

Nyoman memandangi Aanola. Ada sesuatu yang sulit dilukiskan ketila seklebat pandangan Nyoman searah dengan tatapan mata Aanola. Pandangan seolah berisi magnet mengalir menggetarkan rasa yang paling dalam di hati Nyoman. "Apakah ini awal rasa cinta?" Pikir Nyoman.

        "Ayolah Nyoman. Please!"

Nyoman terperanjat. Dia terlalu jauh dibawa ilusi bayang cinta dari Aanola.
       "Ee..maaf, aku terlambat merespon. Yuuk..kita menuju parkiran motor.

Dalam perjalanan sesuatu yang tak sedikitpun terbayang dipikiran Nyoman, seakan membuat langit kan runtuh. Dia tak percaya pada ucapan Aanola.

        "Nyoman, ini kali pertama dan terakhir aku ada disampingmu. Makanya aku memenuhi harapanmu agar aku mendampingi dirimu jalan-jalan. Maafkan aku ya."

        "Maksud Aa..?" Nyoman terhenti. Dia merasa sulit melanjutkan kata-kata.

        "Maaf aku harus pindah kuliah. Papaku dapat tugas baru di Sumatra. Aku diharapkan kuliah tak jauh dari orang tua, sebab ini penugasan papa yang terakhir. 5 bulan lagi beliau pensiun."

        "Kamu serius Aa? Bukankah kamu telah dewasa. Masak sih harus dekat dengan orang tua," ucap Nyoman memancing.

Aanola mengangguk. Sama seperti Nyoman, dia tak bisa berucap banyak. Hanya sorot matanya seakan menyimpan tetes air mata yang tak ingin terjatuh dihadapan Nyoman, walau kesedihan menggelayut dihatinya.

Tak terasa, motor yang mereka tumpangi sudah ada dihadapan mereka. Lola memegang tangan Nyoman sebelum naik boncengan.

Nyoman menyadari bahwa itu mungkin hanya jalan untuk menjauhkan calon kekasihnya. Nyoman tahu Aanola perempuan yang baru saja diharapkan mengisi kebisuan cinta hanyalah perempuan cantik dengan cinta bersayap. Dia harus terbang dengan segala sekat yang tak mungkin bisa disatukan.

Tabanan, 11 Juni 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun