Nyoman terperanjat. Dia terlalu jauh dibawa ilusi bayang cinta dari Aanola.
    "Ee..maaf, aku terlambat merespon. Yuuk..kita menuju parkiran motor.
Dalam perjalanan sesuatu yang tak sedikitpun terbayang dipikiran Nyoman, seakan membuat langit kan runtuh. Dia tak percaya pada ucapan Aanola.
    "Nyoman, ini kali pertama dan terakhir aku ada disampingmu. Makanya aku memenuhi harapanmu agar aku mendampingi dirimu jalan-jalan. Maafkan aku ya."
    "Maksud Aa..?" Nyoman terhenti. Dia merasa sulit melanjutkan kata-kata.
    "Maaf aku harus pindah kuliah. Papaku dapat tugas baru di Sumatra. Aku diharapkan kuliah tak jauh dari orang tua, sebab ini penugasan papa yang terakhir. 5 bulan lagi beliau pensiun."
    "Kamu serius Aa? Bukankah kamu telah dewasa. Masak sih harus dekat dengan orang tua," ucap Nyoman memancing.
Aanola mengangguk. Sama seperti Nyoman, dia tak bisa berucap banyak. Hanya sorot matanya seakan menyimpan tetes air mata yang tak ingin terjatuh dihadapan Nyoman, walau kesedihan menggelayut dihatinya.
Tak terasa, motor yang mereka tumpangi sudah ada dihadapan mereka. Lola memegang tangan Nyoman sebelum naik boncengan.
Nyoman menyadari bahwa itu mungkin hanya jalan untuk menjauhkan calon kekasihnya. Nyoman tahu Aanola perempuan yang baru saja diharapkan mengisi kebisuan cinta hanyalah perempuan cantik dengan cinta bersayap. Dia harus terbang dengan segala sekat yang tak mungkin bisa disatukan.
Tabanan, 11 Juni 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI