Woro-woro kembali terdengar oleh kami, akad nikah diundur ke jam 10 karena penghulunya masih ditempat lain, wah penghulu minta di GPK nih, jadi ingat waktu hari H aku, ada 19 akad nikah hari itu dengan penghulu hanya 3 orang dan semuanya minta pagi, aku minta yang pertama kalau urutan berikutnya satu telat yang lainnya ambyar.
Hujan dan terang datang silih berganti, datanglah waktu yang ditunggu-tunggu, rombongan calon pengantin pria memasuki arena pertandingan ganti status, Bang Andre duduk sementara di kursi tamu, ibunya Oktin datang dari belakang untuk menghadiri akad tapi sempat colek-colek calon pengantin pria dengan muka iseng gitu, lucu banget seperti memberi tanda "awas lho ya jangan macam-macam sama anakku" Bahasa tubuhnya terlihat kaget, lalu penghulu datang dengan tangan dadah dadah seperti model diatas catwalk, namanya juga orang yang ditunggu-tunggu, tidak bisa digantikan oleh sembarangan orang nanti banyak yang asal kewong dong.
Bidadari dari kahyanganpun keluar dari peraduannya menuju kursi panas, nang ning nong nang ning nong pelan tapi pasti menuju ring utama, tiba-tiba ada dua bapak-bapak nyelonong dipinggir area kursi tamu akad nikah, sepertinya sudah kenal lama sama dua bapak-bapak ini, masih dalam keadaan mikir itu bapak-bapak balik badan oalah ternyata rombongan rusuh dari Tuban. Â Oktin selalu update daftar peserta tim kunjungan kondangan dari Tuban, tempat Oktin pernah bertempur dalam peperangan mencerdaskan anak bangsa. Tuban penuh cerita dan kenangan, tim yang kompak berkumpul, berlatih, berkarya dan tidak lupa ngelencer juga makan-makan. Mereka heran aku tanpa tas doraemon yang biasanya nemplok dipunggung, isinya absen pelatihan beserta amplop-amplop untuk peserta. Terima kasih Bu Chusna, Bu Siti B, Pak Nanang S, Pak Mubin, Pak Kamali dan Pak Kiswo atas kehadirannya, melepas kangen Bersama tim rajungan kaplok sandal,
Alhamdullilah akad nikah berjalan lancar, Oktin dan Bang Andre sudah berubah statusnya menjadi suami istri dengan tanda ijabSah dari Pak Penghulu, prikitiw ter ter setelah perjuangan panjang, curhat demi curhat, hari demi hari sampailah hari H terikatnya janji sepasang hamba Allah dihadapanNya dengan saksi seribu malaikat.
Waktunya makan-makan, ngobrol-ngobrol, dan foto-foto dan mendengarkan suara merdunya Genta juniornya Mba Ani kakaknya Oktin, perasaan kemarin baru lahir kok sekarang sudah bisa tampil menghibur kita-kita yang haus hiburan, calon Indonesia idol junior akan lahir dari Purworejo.
Ada satu penganan khas Purworejo yang namanya saru yaitu dawet ireng JEMbatan BUTuh KECAmatan BUTuh, kehadirannya di salah satu stand makanan jadi incaran, kalau disunda dawet itu cendol, cendol berwarna hijau ini warnanya hitam yang berasal dari abu bakar jerami, saat trending makanan berwarna hitam mendunia saat ini, dawet ireng Purworejo sudah sejak lama, bedanya makanan hitam sekarang berasal charcoal atau arang. Â
Mamih, Ita dan ponakan datang nyusul saat resepsi, karena berpencar saat menikmati makanan dan ngobrol sana sini, posko rusuh ada yang isi, satu persatu kita masuk buat keramaian dan penghuni sebelumnya pelan tapi pasti meninggalkan tempat kami, GPKnya keluar jadi ingat kejadian di Jolotundo Mojokerto kami mengkudeta saung, tanpa mengurangi rasa hormat kepada yang punya hajatan, waktu berjalan cepat kami semua harus segera kembali ke hotel persiapan kembali ke barat, ditengah hujan berkah kami pamit.
Kejadian lagi pulang kondangan itu MC masih ngeyel nanya kami dari mana? Kami jawab kembali "Timbuktu" dengan muka bingung menjawa balik "oh Timbuktu", sekali lagi tanya bapak dapat hadiah semangkuk dawet ireng JEMbatan BUTuh KECAmatan BUTuh.
Belah durian sebenar-benarnya
Perjalanan kembali ke Barat sesuai petunjuk ayah Dj, yang akan mempertemukan dengan rute keberangkatan sebelumnya kami melalui Magelang sama seperti datang hanya ini dari Purworejo kalau kemarin lusa menuju arah Jogja.