Mohon tunggu...
nurya auris
nurya auris Mohon Tunggu... Marketing Specialist

Meskipun hobi menulis, saya paling tidak suka menulis dengan pena. Saya menyukai menulis dengan pc, laptop, smartphone atau apapun alat ketiknya. Karena jika memakai pena, akan ketahuan kalau tulisan tangan saya jelek. Saya senang membaca buku, bisa buku dengan tema apa saja asalkan penulisannya menarik dan enak dibacanya. Karena begitu saya membaca halaman pertama dan ternyata gaya tulisannya tidak menarik meskipun kata orang buku itu bagus, saya tidak akan melanjutkan membaca. Saya senang berdiskusi dan belajar mengenai spiritualitas, kehidupan, dan segala hal yang memperkaya perspektif saya dalam melihat hidup. Saya hanyalah manusia yang haus belajar hal baru, dan ingin paham lebih dalam makna kehadiran saya di bumi ini.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Suara yang Hampir Tak Terdengar

7 September 2025   19:36 Diperbarui: 9 September 2025   11:41 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang utan (picture generate by AI)

Kabar duka tentang gajah yang diracun atau terjerat perangkap bukan lagi hal asing di media. Padahal, gajah bukan musuh manusia. Mereka hanya berusaha bertahan hidup di tanah yang sebenarnya adalah rumah mereka sejak ribuan tahun lalu.


Harimau: Simbol Keberanian yang Kian Langka

Harimau Sumatra, satu-satunya subspesies harimau yang tersisa di Indonesia, kini jumlahnya diperkirakan hanya ratusan ekor di alam liar.

Ancaman terbesar datang dari dua sisi: hilangnya habitat dan perburuan. Kulit, taring, hingga bagian tubuh harimau masih dianggap barang berharga di pasar gelap. Ironisnya, manusia memburu simbol keberanian itu, sementara keberanian kita sendiri untuk menghentikan perburuan justru sering kalah oleh keuntungan sesaat.

Jika harimau punah, bukan hanya kita kehilangan salah satu satwa paling ikonik dunia. Hilangnya predator puncak seperti harimau juga akan membuat ekosistem hutan tidak seimbang.

Mengapa Kita Harus Peduli?

Pertanyaan yang sering muncul: "Kenapa kita harus repot-repot memikirkan nasib satwa? Bukankah kita sudah cukup pusing dengan masalah manusia?"

Jawabannya sederhana: karena nasib satwa dan manusia saling terhubung.

Hutan yang dijaga oleh satwa-satwa besar adalah sumber air bersih, udara segar, dan iklim yang stabil. Ketika orangutan, gajah, dan harimau hilang, hutan akan lebih cepat rusak. Bila hutan rusak, banjir dan longsor makin sering terjadi, udara makin panas, dan bencana iklim makin nyata.

Dengan kata lain, melindungi satwa liar berarti melindungi masa depan kita sendiri.

Suara yang Tak Bisa Bicara

Ada satu kenyataan pahit: satwa tidak bisa bersuara untuk membela diri. Orangutan tidak bisa menulis petisi. Gajah tidak bisa menyampaikan protes di depan kantor pemerintah. Harimau tidak bisa mengunggah status meminta tolong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun