Mohon tunggu...
Nurus Solehen
Nurus Solehen Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Jalanan

Jemaah Kompasianer Bermukim di Pulau Garam

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Potret BKM "Potre Koneng" Wujudkan Masyarakat Pamekasan Mandiri Ekonomi

24 Januari 2021   16:06 Diperbarui: 24 Januari 2021   16:24 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan mesin jahit kepada peserta pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan BKM Potre Koneng di Kelurahan Kangenan, Kecamatan Kota Pamekasan/dokpri

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Kelurahan Kangenan, Kecamatan Kota Pamekasan, Jawa Timur, ikut andil membantu program pemerintah daerah dalam mewujudkan wirausahawan baru. Kurang lebih selama dua pekan, BKM dengan nama Potre Koneng ini memfasilitasi kegiatan pelatihan menjahit yang menyasar kepada warga kelurahan.

Menariknya dalam acara ini, pasca pelatihan, para peserta diberkenankan membawa pulang alat mesin jahit dengan sistem hak pakai. Selama mesin dibutuhkan, BKM mempersilakan untuk dimanfaatkan, asal jangan sampai jatuh ke tangan orang lain dengan sistem dijual. Sebab BKM melarang mesin jahit tersebut dijual.

Pimpinan Kolektif BKM Potre Koneng Agus Rianto mengatakan, sedikitnya ada 24 alat mesin jahit yang diserahkan kepada warga kelurahan untuk diberdayakan dalam mengembangkan usaha. Warga yang berhak mendapatkan fasilitas alat mesin jahit ini setelah sebelumnya mereka yang sudah intens mengikuti pelatihan.

"Pelatihan ini berlangsung selama lima belas kali tatap muka, dengan tahapan selama seminggu dua kali pertemuan terhitung sejak Bulan Desember 2020 sampai Bulan Januari 2021. Harapannya dari kegiatan ini, warga kelurahan tumbuh berkembang menjadi wirausahawan baru," kata Agus dalam acara di kompleks PKPM Kelurahan Kangenan, Kamis (21/1/2021).

Kemudian, sambung Agus, tujuan lain dari kegiatan itu guna menindaklanjuti program pemerintah dalam mencetak wirausahawan baru. Oleh karena itu, BKM Potre Koneng dan Pemerintah Kelurahan Kangenan berkolaborasi untuk mewujudkan program tersebut.

Soal fasilitas mesin jahit, Agus mengatakan bahwa alat tersebut dapat digunakan dengan jangka waktu yang tidak terbatas. Aturannya mesin tidak boleh dijual. Bila dikemudian hari pihak penerima sudah merasa mandiri, mesin sudah bisa dikembalikan.

"Kalau usahanya sudah lancar, maju berkembang, mesin jahit ini tidak apa-apa misalkan mau dikembalikan. Asal jangan sampai dijual," tutur Agus.

Pengawasan seputar alat mesin, pihak BKM dalam setiap bulannya akan memantau secara berjenjang dengan pengawasan ketat kepada penerima. Kemudian dilanjut dengan hasil perkembangan usaha. Apakah mengalami kendala atau justru sebaliknya.

Seputar manajemen keuangan BKM, Agus mengatakan bahwa melalui dana bergulir, terhitung sejak 31 November, BKM sudah mendapatkan hasil Rp 44 juta. Dipastikan hingga Desember bisa sampai Rp 49 juta.

Laba itu kembali diperuntukkan kepada masyarakat melalui program BKM. Persentasenya, dibagi empat 50 persen untuk kebutuhan bantuan operasional BKM, 37 persen untuk kegiatan sosial, 10 persen untuk program infrastruktur, dan 2,5 persen untuk BPK.

"BKM Potre Koneng juga membantu infrastruktur kelurahan tapi hanya 10 persen. 37 persen untuk sosial," kata dia.

Agus mengungkapkan berdirinya KBM Potre Koneng di Kelurahan Kangenan yang dibangun tahun 2005. Sementara 2009 awal mula program baru dijalankan. Dalam perjalanan ini, BKM Potre Koneng tidak serta-merta langsung jadi organisasi yang memiliki manajemen bagus.

"Berkat kerja sama, di tahun 2015, BKM sudah tidak dapat bantuan pemerintah pusat. Artinya kita mandiri dengan memaksimalkan kegiatan dana bergulir," ungkap Agus.

Menurutnya, kala itu pemerintah hanya memberikan bantuan senilai Rp 60 juta untuk dikelola memandirikan manajemen dan membantu masyarakat. Hingga akhirnya BKM dari bantuan itu berbuah hasil Rp 300 juta dan dijadikan modal kepada masyarakat.

Sementara laba dari modal Rp 300 juta, digunakan untuk kegiatan tridaya, di antaranya sosial, lingkungan, ekonomi, dan bantuan operasional BKM. BKM merupakan kegiatan sosial murni. Masyarakat yang ada didalamnya sebagai anggota tidak boleh menerima gaji.

"Hanya yang digaji perangkat BKM, adalah sekretaris, unit pengelola lingkungan, dan unit pengelola sosial," tuturnya.

Agus menjelaskan, BKM adalah organisasi kemasyarakatan murni. Setiap pekan ada pertemuan dan forum tertentu. Dua tahun sekali ada pemilihan pimpinan. Yang memilih tersebut adalah masyarakat kelurahan sendiri.

BKM merupakan induk lembaga swadaya yang dibentuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku), yang mempunyai misi membangun kapital sosial dengan menumbuhkan kembali nilai-nilai kemanusiaan.

Termasuk dalam menggalang solidaritas sosial sesama warga agar saling bekerja sama demi kebaikan, kepentingan dan kebutuhan bersama, yang diharapkan kelak memperkuat kemandirian masyarakat untuk menuju tatanan masyarakat madani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun