Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Halo Usia 25, Comparison is The Thief of Joy!

11 Mei 2021   12:05 Diperbarui: 11 Mei 2021   12:17 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. BukanBocahBiasa.com

Setiap orang punya jatah GAGAL

Habiskan jatah gagalmu, ketika kamu masih muda!

Quote Dahlan Iskan ini terngiang-ngiang di benak, manakala saya harus memutar memori seputar umur 25. 

Quarter Life Crisis, yap... sebagaimana manusia-manusia umur 25 lainnya, saya juga sempat terjerat krisis ini.

Krisis multi-dimensi, bukan hanya soal pencapaian harta dan tahta, tapi lebih kepada krisis identitas, visi-misi-target kehidupan yang nantinya bakal diperjuangkan. Krisis lantaran terperangkap dalam perasaan clueless, bingung harus ngapain, ambil keputusan yang kayak gimana, dan seterusnya, dan sebagainya. 

Oke. Saya mau ungkap sekelumit cerita seputar kehidupan saya di usia 25-an kala itu. Sebentar kok, nggak pakai lama :D 

Menelisik Turbulensi di Umur 25 

Ketika menginjak usia seperempat abad, saya sudah lulus kuliah dari PTN di Surabaya, dan berkarir sebagai Media/Public Relations di sebuah korporasi multinasional. Tempat kerja saya adalah industri rokok, yeah, saya bertugas mengundang, follow up, dan menjalin relasi dengan kawan jurnalis/media massa. Biasanya saya mengundang mereka, ketika ada event konser, pertandingan olahraga, pembukaan pabrik rokok, semacam itu. 

Muda + Karir Moncer  dok.PicJumbo
Muda + Karir Moncer  dok.PicJumbo

Untuk ukuran perempuan umur 25, bisa dibilang karir saya lumayan mengundang decak kagum, sekaligus iri/dengki/julid :D Biasanya yang dengki ini para sepupu atau kerabat saya yang kerjanya masih di kantor yang kecil. Jadi mereka selalu cari celah, untuk menunjukkan bahwa saya salah jalur lantaran mengais rezeki di pabrik rokok. Komentar beraroma julid yang sering saya dengar, kurang lebih seperti ini: 

"Jilbaban tapi kok kerja di pabrik rokok. Malu ama jilbab!"

"Percuma gaji gede, sering traveling naik pesawat, tapi sumbernya dari rokok!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun