Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Ordinary Citizen

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Indonesia Coba Goda Dunia

9 November 2016   12:01 Diperbarui: 9 November 2016   14:28 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ki-ka: Maryam, Michael, Eka dan Pemandu Wisata Kanis (tampak belakang)/Nurulloh

Tidak sekedar destinasi wisata yang menjadi suguhan utama. Pelayanan dan keramahan dari tiap hotel atau rumah singgah tempat kami bermalam pun menjadi satu dari sekian banyak sensasi yang harus dirasakan dan dinikmati. Yang pasti, semua berfasilitas kelas satu!

Mencari Destinasi Selain Bali

Sejak beberapa tahun lalu, Kementerian Pariwisata gencar mengundang dan mengajak wisatawan asing untuk mengikuti kegiatan perjalanan wisata pengenalan (Famtrip) ini ke berbagai destinasi di seluruh penjuru negeri. Hal ini dilakukan demi tercapainya target kunjungan wisatawan asing ke Indonesia pada akhir 2019 sebesar 20 juta orang. Sebelumnya, dalam tajuk kegiatan serupa, Kementerian Pariwisata juga pernah mengajak bloger dan wartawan asing untuk mengikuti Famtrip.

Dapat dimengerti, dengan target sebesar itu kerja keras dan usaha ekstra perlu dilakukan oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan. Salah satunya adalah agen atau operator perjalanan dalam dan luar negeri yang selalu melakukan promosi melalui berbagai medium, seolah negeri ini berupaya menggoda dunia.

Sejak lama, wisatawan asing hanya mengenal Bali, bahkan mereka lebih mengenal Bali dibanding Indonesia itu sendiri. Hal tersebut juga menjadi fokus utama berbagai pihak untuk mengenalkan destinasi selain Bali. Mereka menyebutnya “Beyond Bali”. Kementerian Pariwisata melalui Rapat Koordinasi Nasional awal tahun 2016 sudah menentukan 10 destinasi wisata di luar Bali, yaitu Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, Wakatobi, Labuan Bajo dan Pulau Morotai di Timur Indonesia.

Sepuluh destinasi wisata selain Bali/Kemenpar RI
Sepuluh destinasi wisata selain Bali/Kemenpar RI
Langkah konkrit yang dilakukan Kementerian Pariwisata salah satunya melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan para wholeseller atau agen perjalanan wisata di tanah air pada awal Oktober lalu.

Pada kesempatan itu, penyelenggara dalam hal ini pemerintah melalui Kementerian Pariwisata bersama agen perjalanan wisata mencari kesepakatan terkait destinasi yang dapat menarik wisatawan asing selain Bali. Rekomendasi destinasi tersebut akan dikemas menjadi beberapa paket wisata Indonesia bagian Barat dan Timur.

Atas hasil diskusi itu, kegiatan Famtrip 2016 terlaksana. Dua wisatawan asing yang juga pelaku industri pariwisata, Maryam dan Michael diundang bukan hanya untuk sekedar leyeh-leyeh atau berjemur di terik matahari nusantara. Mereka datang untuk melihat langsung potensi wisata di Indonesia dan secara langsung menyampaikan evaluasi yang harus diperbaiki agar wisatawan di negara mereka tertarik untuk mengunjungi Indonesia melalui promosi yang dilakukan oleh para operator perjalanan wisata. Kementerian Pariwisata menarrgetkan kunjungan wisatawan yang cukup tinggi dari kedua negara ini. Perancis sebanyak 250.000 dan Jerman 225.000 orang. 

Tiap aspek dari sebuah destinasi wisata mereka amati termasuk kapabilitas seorang pemandu wisata. Tiap hari setelah kegiatan selama perjalanan berlangsung, mereka termasuk saya diminta menilai kegiatan yang telah dilakukan. Karakter wisatawan di kedua negara tersebut sangat berbeda, seperti yang dingkapkan oleh Eka, warga negara Indonesia yang tinggal di Perancis sebagai perwakilan dari Kementerian Pariwisata untuk menggarap pasar di Eropa.

"Perancis dan Jerman punya karakter turis yang berbeda," katanya di sela-sela perjalanan menuju Taman Nasional Komodo.

Dari seluruh destinasi yang dikunjungi dalam kegiatan ini tidak melulu memuaskan. Beberapa destinasi dan layanan di sebuah penginapan atau kemampuan pemandu wisata dalam memandu tetamunya tidak jarang mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Misalnya saja, pemandu wisata di Labuan Bajo dan Bali memiliki jam terbang yang berbeda. Alhasil, cara dan gaya mereka memandu wisatawan pun sangat kontras. Kanis, pemandu wisata di Labuan Bajo sangat mahir memanjakan tetamunya, bahkan mengetahui seluk-beluk informasi dari tiap destinasi wisata yang akan dikunjungi. Sebaliknya, Gugun, pemandu wisata di Bali terlihat seperti tidak mempersiapkan segala halnya dengan baik. Bahkan, kami merasa dia ingin cepat perjalanan kami di Bali segera usai. Terburu-buru! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun