Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Ordinary Citizen

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Indonesia Coba Goda Dunia

9 November 2016   12:01 Diperbarui: 9 November 2016   14:28 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lanskap Taman Nasional Komodo, Flores/Nurulloh

Kita semua sepakat bahwa keanekaragaman budaya dan lanskap Indonesia begitu indah dan memukau dunia. Sayang kalau hanya dinikmati dan dihidangkan dalam bingkai foto atau poster promosi saja. Kita harus pergi dan jelajahi keindahan itu.

Bagi masyarakat Indonesia yang mencari sebuah destinasi wisata alam, budaya dan kuliner yang kini menjadi daya tarik tersendiri, Indonesia juaranya. Tiada yang menandingi.

Hal tersebut di’iya’kan Maryam Bejaoui, Manajer Penjualan Operator Perjalanan Wisata FTI Voyages asal Perancis yang selama sepekan lalu (30 Oktober – 5 Nopember 2016) berada di Indonesia demi mengikuti perjalanan wisata bersama Kementerian Pariwisata RI dalam kegiatan Familiarization Trip (Famtrip) 2016.

“Saya pernah melakukan perjalanan ke berbagai negara sebelumnya (keliling Eropa, Kepulauan Karibia, Dubai, Maldewa, Afrika dan lainnya), tapi Anda bisa percaya bahwa Indonesia yang terbaik bagi saya,” kata Maryam.

Di Indonesia, tambahnya, juga memiliki budaya, alam, keanekaragaman hayati, tempat meyelam, dan kuliner yang terbaik bahkan memiliki semua yang diinginkan turis.

Maryam tidak sedang bergurau apalagi merayu kami yang kebetulan juga mengikuti perjalanan ini. Michael Metzner, Presiden Operator Perjalanan Wisata Tischler asal Jerman yang juga mengikuti perjalanan ini pun sependapat dengan Maryam. Menurutnya, Indonesia adalah tempat yang luar biasa indah, dan dia akan merekomendasikan Indonesia sebagai destinasi wisata terbaik.

Ki-ka: Maryam, Michael, Eka dan Pemandu Wisata Kanis (tampak belakang)/Nurulloh
Ki-ka: Maryam, Michael, Eka dan Pemandu Wisata Kanis (tampak belakang)/Nurulloh
Saya bersama pewarta foto harian The Jakarta Post dan beberapa rekan dari Kementerian Pariwisata juga mengikuti perjalanan yang dimulai dari Barat sampai Timur Indonesia juga telah dibuat kagum dengan lanskap, ragam budaya dan kuliner yang begitu nikmat di tiap destinasi yang disinggahi.

Perjalanan Famtrip dimulai dari Kota Medan menuju Pulau Samosir dan sekitarnya di Sumatera Utara. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke Lombok di Nusa Tenggara Barat untuk menimkati pedasnya kuliner di sana dan birunya laut Lombok serta melihat dari dekat beberapa pedesaan tradisional yang masih terjaga budayanya.

Setelah seharian keliling Lombok, rombongan bergerak menuju Labuan Bajo di Flores, Nusa Tenggara Timur. Destinasi utama kami tentunya adalah Taman Nasional Komodo yang dapat ditempuh menggunakan perahu wisata berukuran sedang dengan waktu perjalanan delapan jam untuk pergi-pulang dari Pelabuhan Labuan Bajo. Di Pulau Komodo dan Rinca, seperti wisatawan lainnya, kami pun memiliki tujuan untuk melihat kadal terbesar di bumi, yaitu Komodo.

Dua hari di Labuan Bajo, kami bergegas menuju Bali yang menjadi ikon pariwisata Indonesia bagi kebanyakan wisatawan asing.

Di Pulau Dewata ini, kami diajak ke berbagai destinasi populer seperti Tanah Lot, Taman Ayun, Monkey Forest dan Ubud serta banyak menghabiskan waktu untuk berdiskusi terkait esensi perjalanan dan tentunya evaluasi yang akan menjadi pertimbangan banyak pihak terutama pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata untuk melakukan perbaikan di berbagai lini pariwisata.

Tidak sekedar destinasi wisata yang menjadi suguhan utama. Pelayanan dan keramahan dari tiap hotel atau rumah singgah tempat kami bermalam pun menjadi satu dari sekian banyak sensasi yang harus dirasakan dan dinikmati. Yang pasti, semua berfasilitas kelas satu!

Mencari Destinasi Selain Bali

Sejak beberapa tahun lalu, Kementerian Pariwisata gencar mengundang dan mengajak wisatawan asing untuk mengikuti kegiatan perjalanan wisata pengenalan (Famtrip) ini ke berbagai destinasi di seluruh penjuru negeri. Hal ini dilakukan demi tercapainya target kunjungan wisatawan asing ke Indonesia pada akhir 2019 sebesar 20 juta orang. Sebelumnya, dalam tajuk kegiatan serupa, Kementerian Pariwisata juga pernah mengajak bloger dan wartawan asing untuk mengikuti Famtrip.

Dapat dimengerti, dengan target sebesar itu kerja keras dan usaha ekstra perlu dilakukan oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan. Salah satunya adalah agen atau operator perjalanan dalam dan luar negeri yang selalu melakukan promosi melalui berbagai medium, seolah negeri ini berupaya menggoda dunia.

Sejak lama, wisatawan asing hanya mengenal Bali, bahkan mereka lebih mengenal Bali dibanding Indonesia itu sendiri. Hal tersebut juga menjadi fokus utama berbagai pihak untuk mengenalkan destinasi selain Bali. Mereka menyebutnya “Beyond Bali”. Kementerian Pariwisata melalui Rapat Koordinasi Nasional awal tahun 2016 sudah menentukan 10 destinasi wisata di luar Bali, yaitu Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, Wakatobi, Labuan Bajo dan Pulau Morotai di Timur Indonesia.

Sepuluh destinasi wisata selain Bali/Kemenpar RI
Sepuluh destinasi wisata selain Bali/Kemenpar RI
Langkah konkrit yang dilakukan Kementerian Pariwisata salah satunya melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan para wholeseller atau agen perjalanan wisata di tanah air pada awal Oktober lalu.

Pada kesempatan itu, penyelenggara dalam hal ini pemerintah melalui Kementerian Pariwisata bersama agen perjalanan wisata mencari kesepakatan terkait destinasi yang dapat menarik wisatawan asing selain Bali. Rekomendasi destinasi tersebut akan dikemas menjadi beberapa paket wisata Indonesia bagian Barat dan Timur.

Atas hasil diskusi itu, kegiatan Famtrip 2016 terlaksana. Dua wisatawan asing yang juga pelaku industri pariwisata, Maryam dan Michael diundang bukan hanya untuk sekedar leyeh-leyeh atau berjemur di terik matahari nusantara. Mereka datang untuk melihat langsung potensi wisata di Indonesia dan secara langsung menyampaikan evaluasi yang harus diperbaiki agar wisatawan di negara mereka tertarik untuk mengunjungi Indonesia melalui promosi yang dilakukan oleh para operator perjalanan wisata. Kementerian Pariwisata menarrgetkan kunjungan wisatawan yang cukup tinggi dari kedua negara ini. Perancis sebanyak 250.000 dan Jerman 225.000 orang. 

Tiap aspek dari sebuah destinasi wisata mereka amati termasuk kapabilitas seorang pemandu wisata. Tiap hari setelah kegiatan selama perjalanan berlangsung, mereka termasuk saya diminta menilai kegiatan yang telah dilakukan. Karakter wisatawan di kedua negara tersebut sangat berbeda, seperti yang dingkapkan oleh Eka, warga negara Indonesia yang tinggal di Perancis sebagai perwakilan dari Kementerian Pariwisata untuk menggarap pasar di Eropa.

"Perancis dan Jerman punya karakter turis yang berbeda," katanya di sela-sela perjalanan menuju Taman Nasional Komodo.

Dari seluruh destinasi yang dikunjungi dalam kegiatan ini tidak melulu memuaskan. Beberapa destinasi dan layanan di sebuah penginapan atau kemampuan pemandu wisata dalam memandu tetamunya tidak jarang mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Misalnya saja, pemandu wisata di Labuan Bajo dan Bali memiliki jam terbang yang berbeda. Alhasil, cara dan gaya mereka memandu wisatawan pun sangat kontras. Kanis, pemandu wisata di Labuan Bajo sangat mahir memanjakan tetamunya, bahkan mengetahui seluk-beluk informasi dari tiap destinasi wisata yang akan dikunjungi. Sebaliknya, Gugun, pemandu wisata di Bali terlihat seperti tidak mempersiapkan segala halnya dengan baik. Bahkan, kami merasa dia ingin cepat perjalanan kami di Bali segera usai. Terburu-buru! 

Secara keseluruhan, kegiatan Famtrip ini juga mendapatkan masukan yang berarti. Belasan destinasi wisata yang dilakukan hanya dengan waktu 7 hari dinilai tidak fokus dan maksimal. Kami sebagai peserta perjalanan merasa terlalu lelah untuk mengikuti tiap rangkaian kegiatan dan tentunya tidak menikmati waktu luang di tiap destinasi yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk ekplorasi. Penyelenggara pun mengakui agenda perjalanan yang sangat padat dan akan memperbaiki di kesempatan berikutnya agar tiap kunjungan wisata yang dilakukan sesuai dengan harapan. Pastinya, dengan begitu akan menghasilkan cerita yang berbeda, bukan?!

Namun, itulah yang menjadi esensi dalam Famtrip tahun ini. Kementerian Pariwisata dan beberapa pihak terkait termasuk agen atau operator perjalanan wisata dari seluruh penjuru negeri dan dunia bersama-sama melihat potensi besar wisata Indonesia dan mengevaluasi kekurangan tiap objek wisata agar memenuhi standar dan menjadi sebuah tujuan wisata dunia yang tak tertandingi.

“Anda patut berbangga kepada negaramu,” ujar Maryam kepada saya melalui sebuah surat elektronik yang dikirimnya pada Selasa (8/11) pagi dengan selalu mengucapkan terima kasih atas sebuah perjalanan yang berharga beberapa waktu lalu.

“Merci Beaucoup,” tutupnya.

Rupanya Maryam sudah tergoda dengan eloknya Indonesia. Semoga saja!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun