Mohon tunggu...
Nurulis
Nurulis Mohon Tunggu... Lainnya - We'll make it through

Stay strong, never give up !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Angin dan Debu

11 Mei 2023   08:45 Diperbarui: 11 Mei 2023   08:50 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuhentikan  langkahku ketika beberapa lembaran merah berjatuhan. Dan kudengar seruan panik dari seseorang.

"Arghhhhh.......uangku !", teriak seorang ibu yang tengah membonceng anak laki-laki kecilnya.  

Spontan ibu itu mengerem motornya mendadak. Sampai-sampai tubuh putranya tersentak ke belakang. Untung saja tangan mungilnya segera bergerak memeluk pinggang lebar ibunya. Kalau tidak,  pasti sudah terjatuh tubuh mungil itu.  Untung pula  jalanan sepi. Di samping kiri kanan dikelilingi sawah. 

"Maaf sayang....uang ibu jatuh ", katanya. " Kamu tunggu di sini ya, biar ibu ambil dulu !" 

Segera ibu itu melangkah ke arah dimana uangnya terjatuh tadi. Kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada kendaraan yang lewat. 

" Heh, ngapain kamu berhenti, ayo buruan beraksi !", seru debu padaku. 

Perlahan kepalaku menggeleng. 

"Dasar cemen kamu, aku ingin lihat bagaimana serunya kalau lembaran itu terbang saat ibu itu mau mengambilnya ", desak debu. 

" Ogah  !", tegasku. 

" Alah kemarin aja kamu suka iseng nerbangin rok pendek si cewek-cewek centil, kenapa sekarang jadi sok baik begitu !", ledek debu. 

Aku terdiam. Benar juga, kemarin aku masih usil. Tapi usilku tidak ngawur. Menurutku. 

Tapi tak tahu kenapa untuk yang satu ini aku malas sekali mengganggu orang. Apalagi melihat tampang ibu itu yang memelas, aku jadi tidak tega mengerjainya. 

"Aku sudah tobat", jawabku singkat. 

" Okayyy, kita lihat aja apa bener kamu tobat", kata debu sinis. 

Sementara kami berdebat, ibu itu sudah berhasil mendapatkan kembali lembaran -lembaran merah yang berjatuhan tadi. Dan sekarang sudah kembali naik ke atas motor dan siap menjalankannya. Tidak lupa memasukkan uang yang jatuh ke tas yang ia kalungkan menyamping di tubuhnya

Belum juga motor berjalan, tiba-tiba sebuah motor melaju cepat dari arah belakang. Ketika berada sejajar  di samping motor si ibu,  tangan lelaki yang dibonceng bergerak cepat merampas tas berisi uang tadi. 

" Copetttt...... !", teriak si ibu seketika. Terdengar suara gelak dari dua lelaki yang sudah melesat di depan sana. Si Ibu  juga segera tancap gas,  berusaha mengejar si  pencopet.

" Ini tasmu, aku kembalikan !", kata lelaki yang dibonceng sambil melempar tas ke arah ibu. Tentu saja sesudah menguras isinya. 

" Awas ya, kembalikan uangku !', teriak si ibu. Sambil terus mengencangkan gas motornya. 

" Saatnya beraksi ", kataku pada debu. Tapi debu justru tersenyum meledek. "Pergi sana sendiri !", ketusnya

"Baiklah", balasku. 

Aku bisa lakukan sendiri. Aku yakin yang aku lakukan benar. Aku tidak takut. Aku tarik nafas dalam-dalam. Kukumpulkan segenap kekuatan. Tekadku harus membantu si ibu itu. 

Aku lihat si ibu sudah nampak patah semangat. Karena motor yang ditumpangi dua orang lelaki itu terus melaju kencang. Diiringi suara gelak tawa dari keduanya. 

Dengan tenaga penuh aku melesat cepat. Aku hempaskan uang yang dipegang lelaki itu hingga terlepas.

Lalu aku putari motor mereka  sampai hilang keseimbangan. Dan brakkkk.........motor itu terjatuh. Beserta dua  lelaki pengendaranya. 

Kedua lelaki itu mengumpat kesal. Berusaha bangun dan menyingkirkan motor yang menimpa tubuh mereka. Aku masoh berputar-putar di atas mereka. Membuat kedua lelaki itu ketakutan. Hendak melarikan diri, kembali terjatuh begitu gumpalan debu menerpa mata dan menghalangi pandangan mereka. 

"Kamu datang ", kataku. Debu tersenyum. "Kita sahabat, harus saling bantu. Maafkan aku khilaf tadi",ucapnya."Tentu saja ", balasku. 

Kami berdua tos. Aku dan debu membentuk gulungan mengitari dua lelaki itu. Layaknya tornado. Membuat kedua lelaki itu lemas tak berdaya. 

Tak jauh dari posisi kami beraksi,  si ibu memunguti uangnya sambil tersenyum penuh syukur. "Alhamdulillah, terima kasih ya Allah ", ucapnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun