Di balik jendela tua. Usang.Â
Sepasang mata sendu menyorot langit malam.Â
Tajam, menelisik bintang-bintang di awan.Â
Mencari-cari bintang yang paling terang. Dimanakah ? Bisiknya pelan.
Apa aku bisa menggapaimu bintang ?Â
Kamu begitu jauh dalam pandangan
Tanganku tak akan sampai meski disambung dengan beribu benang
Maukah kamu turun  bertandang ?Â
Aku sambut dengan dua tangan
Bibir mungil itu bergumam
Sekilas dalam bayangan
Bintang paling benderang melesat, terbang.
Mendarat mulus di hadapan
Tetiba berubahlah jadi sosok seorang pangeran
Dengan kuda putih sebagai tumpangan
Apakah ini nyata atau hanya angan ?
Mata cantik itu mengerjap pelan
Masih jelas dalam redup tatapan
Sebuah tangan mengelus lembut kepala Â
Suara merdu mengusik di pendengaran
"Bintangmu ada di sini, sayang "
Bibir mungil itu tersenyum riang
"Papa !', lalu menghambur dalam pelukan
Cinta pertamanya yang tak pernah lekang