Beberapa bulan berlalu. Â Lambat laun Nina sudah melupakan rasa sedihnya. Tapi dia memilih sendiri, Â tidak ingin memiliki pacar lagi. Â Dia tidak mau kecewa untuk yang kedua kali. Â
Dia sudah menetapkan hati, memasrahkan diri agar Tuhan saja  yang memilihkan jodoh untuknya. Â
Biarlah dia dibilang alay, Â lebay atau sebutan lain. Â Yang penting Nina merasa nyaman menjalani hidup sebagai jomblo. Â
Dan terutama lagi tidak perlu merasakan sakit hati karena putus cinta. Â Apalagi harus menangis.Â
Huh... tidak keren sekali menangis karena putus cinta.
Hingga suatu pagi yang cerah saat Nina melakukan jogging di taman  kota.
"Nina? Â Ini kamu kan?" , sapa lelaki itu.Â
Iya, dia adalah Hendra teman SMA Nina dulu. Setelah empat tahun melanjutkan sekolah di Jepang kini dia sudah kembali ke tanah air. Â
Dari pertemuan itu akhirnya hubungan mereka berlanjut. Â Keduanya sering melakukan jogging bersama. Bercanda bersama, makan bersama dan sering jalan berdua layaknya dua orang yang sedang berpacaran. Â
Hingga suatu ketika Hendra mengatakan sebuah kalimat yang membuat Nina kehilangan kata-kata, terlalu bingung berucap karena merasa hatinya terlalu berbunga.Â
"Aku tidak minta kamu jadi pacar aku. Aku cuma mau bilang apa kamu mau menikah dengan aku, Â jadi istri aku, Â jadi ibu dari anak-anak aku?"Â