Mohon tunggu...
Nurulis
Nurulis Mohon Tunggu... Lainnya - We'll make it through

Stay strong, never give up !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jodoh Pengganti

18 Juni 2021   10:28 Diperbarui: 18 Juni 2021   10:42 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kaki kecil itu berjalan menyusuri jalanan trotoar.  Kepalanya menunduk dalam, sambil terisak  dia terus melangkah. Air mata itu terus terurai membasahi pipinya.  

Yah,  beberapa menit yang lalu dia datang memenuhi undangan pernikahan dari sang pacar.  

Seorang lelaki yang telah menjadi pacarnya selama tiga tahun itu, akhirnya menikah dengan perempuan lain. Perempuan pilihan orang tuanya.  

"Maafkan aku Nin, terpaksa harus memenuhi keinginan orang tua aku."

Begitulah kalimat yang diucapkan pacarnya ketika terakhir kali bertemu dengannya, sehari sebelum acara pernikahan itu.

Dengan perasaan hancur Nina harus menerima itu.  Dia sadar bahwa cinta itu tidak harus memiliki. 

Tapi kenapa hatinya begitu sakit?  

Apalagi saat harus melihat pacarnya itu bersanding di pelaminan dengan perempuan lain.  Rasanya air bening itu seperti tidak terbendung ingin keluar dari matanya.  

Dengan menguatkan hati dia segera menyerahkan kado dan ucapan selamat kepada sepasang mempelai itu.  Dia ingin segera berlari dari tempat yang begitu menyiksanya itu.  

"Selamat ya, semoga samawa !"

Hanya itu yang  bisa terucap dari bibir Nina. Pandangannya nanar karena di pelupuk mata itu telah digenangi air bening.  

Beberapa bulan berlalu.  Lambat laun Nina sudah melupakan rasa sedihnya. Tapi dia memilih sendiri,  tidak ingin memiliki pacar lagi.  Dia tidak mau kecewa untuk yang kedua kali.  

Dia sudah menetapkan hati, memasrahkan diri agar Tuhan saja  yang memilihkan jodoh untuknya.  

Biarlah dia dibilang alay,  lebay atau sebutan lain.  Yang penting Nina merasa nyaman menjalani hidup sebagai jomblo.  

Dan terutama lagi tidak perlu merasakan sakit hati karena putus cinta.  Apalagi harus menangis. 

Huh... tidak keren sekali menangis karena putus cinta.

Hingga suatu pagi yang cerah saat Nina melakukan jogging di taman  kota.

"Nina?  Ini kamu kan?" , sapa lelaki itu. 

Iya, dia adalah Hendra teman SMA Nina dulu. Setelah empat tahun melanjutkan sekolah di Jepang kini dia sudah kembali ke tanah air.  

Dari pertemuan itu akhirnya hubungan mereka berlanjut.  Keduanya sering melakukan jogging bersama. Bercanda bersama, makan bersama dan sering jalan berdua layaknya dua orang yang sedang berpacaran.  

Hingga suatu ketika Hendra mengatakan sebuah kalimat yang membuat Nina kehilangan kata-kata, terlalu bingung berucap karena merasa hatinya terlalu berbunga. 

"Aku tidak minta kamu jadi pacar aku. Aku cuma mau bilang apa kamu mau menikah dengan aku,  jadi istri aku,  jadi ibu dari anak-anak aku?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun