Mohon tunggu...
Cerpen

Labirin Cinta Semu

19 Mei 2018   22:10 Diperbarui: 19 Mei 2018   22:19 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Agar bisa mengobati dahaga jiwaku sepiku

Bila kubertanya sampai kapan aku  akan bertahan tanpa dirimu

Adakah jawaban yang bisa memberi kesempatan?

***

Kugenggam pisau di tangan kananku dengan gemetar. Pisau ini siap memotong urat nadi pergelangan tangan kiriku. Kuharap aku akan mati dengan apa yang kulakukan ini. Kau tahu mengapa aku melakukan ini? Aku tidak tahan menahan rasa sakit yang begitu dalam ini. Sakit karena kesalahanku mencintaimu. Dengan gerakan tangan kanan kauyunkan pisau itu, kugoreskan di pergelangan tangan kiriku perlahan-lahan. Darah merah segar mengalir deras dari pergelangan tangan kiriku. Tubuhku semakin tak berdaya. Nyawa serasa ingin tanggal dari jasadku. Kuharap nyawaku ini kelak akan membawa terbang rasa cintaku padamu. Biarlah cinta ini kusimpan di atas langit tanpa tersisa di bumi. Agar tak akan pernah membekas. Agar kau tak akan pernah tahu. Aku akan menghapus dosa terbesarku karena mencintaimu. Kau akan lebih bahagia bersama suamimu.

Mataku sudah menutup. Semua menjadi gelap. Bayang-bayang sosokmu perlahan menghilang dari pelupuk mataku. Terusir gelap yang membahana. Kesadaranku sudah menghilang. Mungkin inilah pertanda bahwa Tuhan akan membawaku ke langitnya. Membawaku bersama cinta terlarangku ini padamu. Tiba-tiba aku mendengar suara kakek memanggil-manggil namaku sambil menangis. Aku yakin kakek menangis karena kepergianku. Kurasa aku telah benar-benar mati. Namun saat kubuka mataku perlahan. Aku justru terkaget melihat kakek berada disampingku. Beliau menggenggam tanganku erat-erat. Kulihat sekitarku ada tabung oksigen, jarum infus dan alat-alat rumah sakit lainnya. Aku salah, ternyata Tuhan belum menghendakiku mati. Aku masih hidup dan terbaring di ranjang rumah sakit. Kakek pun bertanya apa yang terjadi padaku. Dengan kondisi tubuh yang masih lemas kuceritakan semuanya meski semula aku enggan.

"Sebenarnya saya telah berbohong pada kakek. Sebenarnya saya sangat mencintai kak Dinda. Saya mencintainya bukan sebagai kakak, tapi sebagai wanita pilihan saya kek. Juna tahu kalau ini sangatlah tidak sesuai dengan norma dan etika yang telah kakek ajarkan pada Juna. Maafkan Juna kek. Juna tidak bisa menjadi cucu yang baik bagi kakek."

Lalu kakek pun memelukku. Aku tahu kakek berusaha menguatkan dirinya sendiri. Aku dapat menangkap raut kekecewaan pada wajah kakek.

 "Ini semua bukan salah Juna. Ini salah kakek. Ya, kakek kurang mendidikmu."

Kakek sangat kaget mendengar ceritaku. Ya, cerita tentang diriku yang mencintai wanita dua puluh lima tahun dan sudah bersuami.

  • ***

Setelah aku keluar dari rumah sakit, kakek membawaku ke tempat Bu Nana. Beliau adalah psikolog yang sudah ahli menangani permasalahan remaja. Dari Bu Nana, aku mendapat banyak pencerahan tentang arah jalan hidupku. Dari beliau juga aku belajar memperbaiki hidupku. Setelah Bu Nana menyatakan bahwa keadaanku sudah membaik, kakek begitu lega. Lalu aku pun memutuskan untuk tidak tinggal lagi bersama kakek. Aku lebih memilih pergi untuk tinggal bersama orang tuaku di Sydney.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun